Puisi: Hari Kematian
Oleh Langgeng P. Anggradinata*
Setelah aku mati, itulah artinya hidup,
sementara jalanjalan yang muram,
sungaisungai panjang, kota yang jauh,
itulah arti pergi dan pulang.
Daundaun beterbangan,
serangga merayap, dan kau menjauh dari atap,
dari rumahku seketika menghitam,
orangorang berdatangan dengan perasaan marah,
atau sedih, barangkali juga bisa saja,
melihatku dengan kasihan, dengan pilu,
atau malah dengan pulpen di katungnya
menghitung catatan hutang atau menulis berita.
Aku lebih tahu dirimu
daripada dirimu mengetahui dirimu,
kau tak akan datang, tibatiba hilang
dan kudapati engkau pada akhirnya
di dalam lemari kamarmu,
mengirisngiris jantung
yang melambailambai
mengucapkan selamat tinggal
pada undangan pernikahan atau
pada apapun yang berhubungan denganku.
Selanjutnya, kau akan keluar lemari,
berdandan yang cantik, pergi ke mall
—ah, betapa menyenangkan,
dan melahirkan anak dari suamimu,
mengurusnya sampai jadi penyair,
atau koruptor, tukang selingkuh, pemabuk,
atau penjahat, koruptor, tentara,
atau koruptor, atau lain, atau lain.
Setelah aku mati, itulah artinya hidup,
sementara jalanjalan yang muram,
sungaisungai panjang, kota yang jauh,
itulah artinya pergi dan pulang,
itulah artinya engkau, kekasih.
Bandung, 2009
*Beraktivitas di Komunitas Seni Rumah Akasia dan Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS-UPI)