Puisi: Hari Kematian

69

Oleh Langgeng P. Anggradinata*

Setelah aku mati, itulah artinya hidup,

sementara jalanjalan yang muram,

sungaisungai panjang, kota yang jauh,

itulah arti pergi dan pulang.

 

Daundaun beterbangan,

serangga merayap, dan kau menjauh dari atap,

dari rumahku seketika menghitam,

orangorang berdatangan dengan perasaan marah,

atau sedih, barangkali juga bisa saja,

melihatku dengan kasihan, dengan pilu,

atau malah dengan pulpen di katungnya

menghitung catatan hutang atau menulis berita.

 

Aku lebih tahu dirimu

daripada dirimu mengetahui dirimu,

kau tak akan datang, tibatiba hilang

dan kudapati engkau pada akhirnya

di dalam lemari kamarmu,

mengirisngiris jantung

yang melambailambai

mengucapkan selamat tinggal

pada undangan pernikahan atau

pada apapun yang berhubungan denganku.

 

Selanjutnya, kau akan keluar lemari,

berdandan yang cantik, pergi ke mall

—ah, betapa menyenangkan,

dan melahirkan anak dari suamimu,

mengurusnya sampai jadi penyair,

atau koruptor, tukang selingkuh, pemabuk,

atau penjahat, koruptor, tentara,

atau koruptor, atau lain, atau lain.

 

Setelah aku mati, itulah artinya hidup,

sementara jalanjalan yang muram,

sungaisungai panjang, kota yang jauh,

itulah artinya pergi dan pulang,

itulah artinya engkau, kekasih.

 

Bandung, 2009

*Beraktivitas di Komunitas Seni Rumah Akasia dan Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS-UPI)

Comments

comments