Enggartiasto Lukita Kembali Pimpin IKA UPI
Savoy Homann Bidakara, isolapos.com-
Enggartiasto Lukita terpilih secara aklamasi sebagai ketua tim formatur Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) periode 2011-2016 dalam Kongres IV IKA UPI yang digelar di Savoy Homann Bidakara Hotel Bandung akhir pekan kemarin. Selanjutnya, anggota Komisi I DPR RI ini mendapat mandat penuh untuk membentuk kepengurusan lengkap, termasuk di dalamnya melanjutkan proses penyatuan IKA UPI.
Enggartiasto yang pada periode sebelumnya mendapat kepercayaan melanjutkan kepemimpinan almarhum Dr Sofjan Taftazani MPd berjanji akan menuntaskan tanggung jawabnya dalam menyusun kepengurusan selambatnya dua bulan ke depan. Dalam menjalankan tugasnya, deklarator organisasi masyarakat Nasional Demokrat (Nasdem) ini akan dibantu empat anggota formatur yang terdiri atas Prof Dr Aim Abdulkarim MPd, Dr Berliana Kartakusumah MPd, Prof Dr Sholeh Hidayat, dan Kusnandar SPd. Enggartiasto juga mengaku akan berkonsultasi kepada Popong Otje Djundjunan, tokoh Sunda yang pada periode sebelumnya menjadi penasehat IKA UPI.
“Kongres mengamanatkan untk menyusun kepengurusan dan melanjutkan proses penyatuan IKA dalam enam bulan ke depan. Namun demikian, saya optimistis pekerjaan ini akan selesai selambatnya dua bulan ke depan. Saya akan berusaha mengakomodasi setiap komponen alumni untuk bersama-sama membangun dan membersarkan IKA UPI di pentas nasional,” tandas Enggartiasto sesaat setelah dinyatakan terpilih sebagai ketua tim formatur.
Mantan Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) ini mengaku terus berkomunikasi dengan Teten Masduki, tokoh gerakan antikorupsi yang didaulat memimpin organisasi alumni UPI lainnya. Menurutnya, komunikasi dengan Teten berlangsung hangat karena memang selama ini tidak ada konflik kepentingan di antara keduanya. Untuk menegaskan tekadnya dalam proses rekonsiliasi IKA UPI, Enggartiasto tidak segan-segan untuk menolak jabatan ketua umum manakala peserta kongres tidak bersedia bersatu dengan komponen organisasi alumni lainnya.
Bahkan, Enggartiasto secara halus menolak ditetapkan sebagai ketua umum definitif sebelum terjadinya proses penyatuan IKA UPI dengan organisasi alumni UPI lainnya. “Saya sudah menyatakan bersedia menjadi ketua umum. Namun demi menjaga etika organisasi dan fatsun politik, saat ini saya hanya bersedia menjadi ketua tim formatur. Jangan mendahului karena itu akan memicu kekecewaan di pihak lain. Itu tidak elok,” papar politikus Partai Golkar ini.
Sikap seorang negarawan dan sosok alumni yang mengayomi memang sudah ditunjukkan Enggartiasto selama proses kongres berlangsung. Meski semua persiapan kongres maupun seminar nasional disiapkan panitia di bawah kendalinya, pria kelahiran Cirebon 12 Oktober 1951 silam ini menegaskan bahwa acara tersebut merupakan kegiatan bersama seluruh komponen alumni. “Saya dan Kang Teten (Teten Masduki, red) menyiapkan ini bersama-sama,” ujarnya saat membuka kegiatan.
Di bagian lain, Ketua Panitia Didin Saipurin PhD menjelaskan, kongres diikuti 30 dari 34 komisariat yang sudah teregistrasi di pengurus pusat IKA UPI periode 2006-2011. Doktor lulusan negeri jiran Malaysia ini mengaku bersyukur kongres maupun seminar berlangsung lancar dan aman. Kekhawatiran akan adanya resistensi dari kelompok lain yang mengklaim sebagai organisasi alumni ternyata tidak terjadi. Kongres dimulai sesaat setelah seminar nasional bertajuk “Menggagas Profil Guru Masa Depan” usai dan berakhir pukul 21.00 WIB.
Mantan Ketua Senat Mahasiswa IKIP Bandung (SMIB) ini juga bangga karena kongres mendapat sambutan hangat sesepuh IKA UPI maupun pimpinan universitas. Melengkapi kebanggaan tersebut, IKA UPI juga memberikan penghargaan khusus kepada para mantan ketua umum IKA UPI setiap generasinya. Mereka adalah Prof Dr Jusuf Amir Feisal, Drs Zulkabir MPd, Prof Dr Asmawi Zainul Med, Prof Dr Fakry Gaffar MEd, Prof Dr Said Hamid Hasan MA, dan alharhum Dr Sofjan Taftazani MPd.
Suasana haru begitu terasa saat Ketua Umum IKA UPI Enggartiasto Lukita menyerahkan penghargaan kepada istri almarhum Sofjan Taftazani. “Pak Sofjan ini orang baik. Bagi almarhum, semua orang itu baik,” ujar Enggar dengan mata berkaca-kaca.