BEM Tolak Otonomi Untuk Kepentingan Komersialisasi
“Sekali lagi, kami perwakilan dari mahasiswa tidak ada yang menyepakati forum tadi,” tegas Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (BEM Rema UPI), Hamdan Herdiansyah saat konferensi pers di University Centre UPI Rabu (6/6).
Hamdan mengkhawatirkan jika otonom di Perguruan Tinggi (PT) terjadi penyalahgunaan kebebasan akademik dan independensi yang didiskusikan di forum diskusi nasional. “Tadi bualannya itu ingin memberikan kebebasan seperti mimbar akademik, tapi tujuan akhirnya profit,” sindir Hamdan.
Diskusi Nasional tentang Hakikat Otonomi Perguruan Tinggi yang dilaksanakan di Audiotorium Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) UPI ini menghadirkan pembicara Satryo S. Brodjonegoro, Fuad Abdul Hamied, Yohannes Gunawan, Hadi Shubhan, Imam Prasodjo Harjono A. Tjokronegoro, Ine Minara Ruky.
“Tanpa adanya otonomi pengelolaan keuangan, dipastikan bahwa PTN tidak dapat optimal menjalankan fungsinya,” Ucap Satryo S. Brodjonegoro dalam forum diskusi. Satryo menambahkan bahwa PT di negara-negara Asia sudah memiliki otomi penuh kampusnya. “Korea, Singapur, China, Malaysia, bakan negara konservatif yaitu Jepang telah berhasil mereformasi perguruan tingginya yang semula berstatus PTN menjadi National University Corporation atau identik dengan BHPT (Badan Hukum Perguruan Tinggi-red),” tegasnya.
Salah seorang perwakilan mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung, M Rizky Wicaksana menyepakati otonomi dalam hal akademik. “Tapi tidak dijadikan kedok untuk komersialisasi,” tegasnya kepada isolapos.com. [Yuni Misdiantika]