Etalase Kisah Cinta Dunia
Penulis : Akutagawa Ryuunosuke, Honoré de Balzac, dkk.
Penerjemah : Atta Verin dan Anton Kurnia
Tahun Terbit : Juni 2011
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Halaman : + 227 halaman
Kata orang, Februari adalah bulan cinta dan kasih sayang. Layaknya cinta yang bisa diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda, kisah cinta pun bisa berakhir dengan suka maupun duka. Seperti kisah yang ditulis pengarang dunia dalam antologi cerpen bersampul biru ini.
Tapi, “Don’ t judge the book by its cover”, jangan melihat buku dari sampulnya saja pada buku bertajuk Cinta Tak Pernah Mati ini. Sampul buku tampil dengan gambar horizon yang didominasi warna biru langit. Teratas nampak menonjol deret huruf berukuran besar membentuk ‘Cinta’ dipulas dengan warna putih susu, dibawahnya dengan ukuran lebih kecil dan berwarna biru tua, tercetak ‘Tak Pernah Mati’ dalam huruf kapital yang melanjutkan dan memperterang judul buku ini. Lalu di bagian tengah sampul, ada sebentuk mawar merah merekah. Sampul ini tampaknya menonjolkan kata ‘Cinta’ dan sebentuk mawar merah.
Melihat sepintas kulit muka dan membaca judul buku ini, bisa jadi yang terbayang adalah buku yang akan membawa kita pada kisah roman picisan. Hingga pada saat mata bertemu dan membaca sederet nama legendaris di lingkungan sastra, Akutagawa, Balzac, Tolstoy, Chekov, Kipling, Poe, dan sederet nama pengarang terkenal, sehingga pembaca akan diantarkan untuk membuka sampul buku, membaca ringkasan di sampul belakang, dan memutuskan untuk membaca isinya hingga tamat.
Seperti etalase toserba yang diisi ragam bentuk dan warna, buku antologi cerita pendek (cerpen) Cinta Tak Pernah Mati bisa dikatakan sebagai etalase mungil bagi karya sastra klasik dari berbagai penjuru dunia. Menampilkan 17 cerpen buah tangan 17 pengarang dari 9 negara, buku ini menjadi buku yang berkisah dengan banyak hal dan rasa. Rasa cinta, ingin, sedih, geli, sayang, sesal, bahagia, cemburu, takut, syukur, adalah macam-macam rasa yang jilid antologi ini bawakan untuk menemani kita menjelajahi dunia lewat sastra.
Dalam buku ini, di lingkungan sastra Asia ada Ryuunosuke Akutagawa (Jepang) dan Rabindranath Tagore (India) yang akan mendongeng lewat cerpen mereka. Lalu sastrawan dari belahan bumi lainnya ada Honoré de Balzac (Prancis), Guy de Maupassant (Prancis), Émile Zola (Prancis), John Galsworthy (Inggris), W. Somerset Maugham (Inggris), Rudyard Kipling (Inggris), James Joyce (Irlandia), August Strindberg (Swedia), Bjornstjerne Bjornson (Norwegia), Anton Chekov (Rusia), Fyodor Dostoevsky (Rusia), Leo Tolstoy (Rusia), Edgar Allan Poe (Amerika Serikat), Mark Twain (Amerika Serikat), dan O. Henry (Amerika Serikat).
Misalnya, Honoré de Balzac menulis“Gigitannya sebenarnya lemah, seingatku. Namun aku terlalu takut dia akan melukaiku. Sejurus kemudian aku menancapkan belatiku di kerongkongannya…Sementara dia terbaring sekarat, aku melihat dia menatapku tanpa amarah..”
Penggalan tersebut sedikit menggambarkan cerita cinta yang terkumpul dalam antologi ini. Buku ini mengisahkan tentang beragam hal, segenap suka duka kehidupan dan makna yang terselip di antaranya, semua tersaji dalam berbagai potret dan kondisi sosial yang berbeda-beda. Ada kisah tentang Varka gadis umur tiga belas tahun, pengasuh bayi yang dilanda rasa kantuk yang terlalu, hingga ia melindur dan membunuh bayi asuhannya tanpa sadar. Ada kisah teror psikologis yang dialami lelaki bernama Pansay, ia dihantui mantan kekasihnya hingga akhir hayat. Atau kisah tragis kucing hitam dengan majikannya yang kecanduan alkohol. Kisah perkawinan yang unik dan bahagia. Kisah seorang pemberontak yang justru bebas dari hukuman mati setelah ia membunuh istrinya. Dan kisah menarik lainnya.
“Dia sungguh memiliki seulas senyum mengerikan yang membuat kami takut, bahkan setelah dia meninggal. Ada sebuah kisah nyata tentang hal ini yang pernah didengar oleh beberapa orang dan saya akan menceritakannya kepada Anda.” Kutipan dari percakapan dalam karya Guy de Maupassant yang bertajuk ’Senyum Scopenhauer’. Membaca kisah ini hingga pertengahan rupanya membuat bulu kuduk merinding, tegang, dan bertanya-tanya. Di akhir cerita ada sebuah fakta tak terduga. Harap berhati-hati, usai membaca cerpen ini Anda mungkin akan dibuat terpingkal-pingkal.
Antologi cerpen ini menceritakan ulang cerpen-cerpen klasik dengan tutur bahasa yang ringan. Sayang dalam buku ini tidak dicantumkan keterangan mengenai judul asli dari cerpen. Untuk Anda yang sudah lama menggemari, maupun Anda yang baru akan memulai petualangan dengan karya satra, buku ini adalah jendela yang cukup lebar untuk mengintip dan berkenalan dengan keragaman aliran serta ciri khas dari para legenda sastra dunia. Usai membaca tiap cerpen, kita akan bertemu wajah dan catatan profil para penulisnya. Selamat menyelami Cinta Tak Pernah Mati di bulan penuh cinta![Intan A. Ekawati]