Meski Sudah Diresmikan, Museum Pendidikan Nasional Belum Bisa Dikunjungi
Bumi Siliwangi, isolapos.com-
Kendati sudah diresmikan, Museum Pendidikan Nasional belum dapat diakses oleh pengunjung. Kepala Tim Konten Museum, Erlina Wianarti mengatakan, hal ini karena konten Museum Pendidikan Nasional belum memadai. Tampak di beberapa lokasi tertentu benda-benda museum belum tertata rapi dan dilindungi dengan benar. Seperti buku-buku, naskah kuno, dan benda peninggalan lainnya dapat bebas disentuh oleh pengunjung. “Ini (seperti ini-red) hanya hari ini saja sebagai momentum peresmian,” ujarnya kepada isolapos.com, Sabtu (02/05).
Hingga saat ini, koleksi yang terdapat dalam museum berjumlah 200 buah. Benda-benda tersebut, menurut Erlina, dikategorikan sesuai dengan bahan dasar pembuatan dan zamannya. Dalam penyediaannya, ia mengatakan, konten museum akan terus dilengkapi.
Selain itu, benda-benda yang dijadikan koleksi harus punya rujukan undang-undang cagar budaya dan melalui penyeleksian oleh tim penilai koleksi dari Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Museum Sribaduga dan lembaga arkeologi. ”Jadi tidak sembarangan taro, nanti kita analisis dulu, cocok atau tidak,” tuturnya.
Erlina menuturkan, museum ini terdiri dari empat lantai yang memiliki fungsinya masing-masing. Lantai satu sebagai ruang utama multimedia, ruang informasi, konten pendidikan zaman prasejarah, pendidikan berbasis agama, dan pendidikan masa kolonial. Lantai dua berisi konten tentang pendidikan masa kemerdekaan. Sementara lantai tiga dan empat sebagai ruang sejarah umum. Benda yang tertua sampai saat ini adalah rapot dan pensil yang pernah ada pada tahun 1890.
Museum Pendidikan Nasional ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Sunaryo Kartadinata pada Sabtu (2/5) lalu di Kampus Bumi Siliwangi. Didampingi Erlina Wianarti, sejumlah pejabat yang hadir seperti Anggota DPR RI Komisi X Bidang pendidikan Popong Otje Djunjunan, para legiun veteran, Kepala Museum Sribaduga, Wakil Bupati Bandung Barat, serta para rektor universitas di Bandung itu mengunjungi langsung ke dalam museum dan melihat sejumlah peninggalan sejarah pendidikan Indonesia. [Hayati Mayang Arum]