Masalah Akademik FPTK perlu Perbaikan
Oleh: Argia Fadillah
Bumi Siliwangi, isolapos.com— Menyusul pemlihan dekan baru yang kini sedang dilaksanakan, beberapa kinerja dekan lama selama kepemimpinannya menjadi fokus evaluasi fakultas. Salah satunya kinerja Dekan FPTK, Agus Setiawan yang mengungkapkan bahwa target lama studi mahasiswa sekitar 4,5 tahun masih belum tercapai dalam satu periode kepemimpinannya. “Tetapi kan terpulang kebanyak faktor jadi untuk sekarang masih belum tercapai,” ujarnya saat ditemui isolapos.com, Jumat (25/11) siang.
Agus menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya, FPTK tidak menggunakan kurikulun 4 tahun melainkan menggunakan kurikulum 4,5 tahun. Pengurangan jumlah SKS dari 150 menjadi 144 SKS dan juga perbaikan layanan bimbingan skripsi dan tugas akhir diakuinya menjadi usaha guna memudahkan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Namun, menurut Agus tidak semua departemen di FPTK dapat mencapai target ketuntasan studi tersebut, “Secara rata-rata, (Departemen, –red) elektro dan (Departemen, -red) mesin lah yang cukup menonjol,” ujarnya.
Menurut Agus Ketika UPI telah berstatus PTN-BH maka target yang harus dicapai setiap prodi di FPTK adalah akreditasi A, namun realitanya mayoritas prodi di FPTK masih berakreditasi B, mernurut Agus hal ini harus menjadi fokus utama dalam kepemimpinan berikutnya. “Dua tahun terakhir yang dikerjarnya harus A, dalam konteks ini kita masih sangat kurang,” jelasnya.
Terlepas dari kepemimpinan Agus yang masih kurang dalam perbaikan akademik, beberapa Ketua Departemen memuji kinerjanya membawa FPTK mendapatkan pengakuan internasional. Odih Supratman, Ketua Departemen Pendidikan Teknik Sipil dalam kepemimpinan Agus terdapat suatu capaian yang luar biasa yaitu terjalinnya kerja sama dengan TEMASEK Faoundation dan Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO). Menurutnya ada beberapa event yang juga melibatkan Departemen Pendidikan Teknik Sipil, “Seperti kemarin pengiriman delegasi ke Nanyang (Singapore) pelatihan tentang management sama Pendidikan Vokasi,” jelasnya.
Senada dengan Odih, Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri, Yatti Sugiarti menjadi salah satu delegasi yang diberangkatkan ke Singapore dalam kegiatan management pengelolaan institusi pada Februari lalu. Menurutnya keterlibatan Agus dalam Regional Association for Vocational Teacher Education in East and Southeast Asia (RAVTE) memberikan pengaruh yang baik, karena pada Desember 2015 Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri telah menjalin MoU dengan Malaysia untuk pertukaran mahasiswa, “Merintis kerja sama dengan Universitas Malaka, Universitas Selangor, Univeritas Tun Abdul Razak dan semua itu anggota RAVTE,” tutupnya.