Ephemeral Bagian Tiga
Oleh: Dinan Anshary*
*) Mahasiswa Pendidikan Bahasa Perancis
Hingga akhirnya pada suatu momen ketika pertunjukkan berlangsung, Kara merasa bahwa pria yang sedang disorot oleh lampu berwarna putih di tengah-tengah panggung itu pernah ia temui sebelumnya. Semakin Kara berusaha mengingat-ingat kejadian dimana ia bertemu atau melihat pria itu, maka Kara akan semakin lupa, kurang lebih hal itulah yang Kara rasakan.
“Ta, kayanya aku kenal deh sama pianis nya ini,” spontan Kara mengucapkannya.
“Ah, masa sih Kar? Cuma mirip aja mungkin,” jawab Nakita.
“Iya, mungkin saja ini hanya memori ingatanku saja yang buruk.”
Mulai dari dugaan bahwa pria itu adalah salah satu klien yang pernah memesan baju dirumah mode miliknya, atau klien yang pernah bekerja sama dengannya. Kara juga sempat menduga bahwa pria tersebut adalah teman semasa sekolahnya, namun setelah dipikir-pikir lagi dugaan itu pasti salah. Kara merasa bahwa ia pernah melihatnya saja disuatu tempat.
Sambil memperhatikan permainan piano dengan konsep yang super romantis dan syahdu itu, akhirnya sedikit demi sedikit Kara ingat bahwa ia pernah melihat pria ini di kedai kopi memento, kedai kopi yang baru saja menjadi tempat favoritnya. Pianis yang saat ini sedang menunjukkan bakatnya didepan kedua mata Kara, adalah orang yang sama dengan sosok pria misterius yang mencuri perhatiannya saat duduk santai di kedai kopi. Walaupun saat di kedai kopi Kara hanya melihat profil wajah pria itu dari samping, tapi sangat vivid di memorinya bahwa kedua pria itu adalah orang yang sama.
Konser pun telah selesai dihelat, para penonton mulai beranjak dari kursinya masing-masing meninggalkan arena pertunjukkan. Banyak hal yang terjadi malam itu meninggalkan kesan yang mendalam bagi Kara, mungkin bagi Nakita juga pengalaman ini sangat menyenangkan dan meninggalkan kesan yang membekas di hatinya. Tak selang beberapa lama kita menunggu di area depan gedung pertunjukkan, akhirnya mobil Kalvin menghampiri dua gadis yang nampak sangat mempesona malam itu, yaitu Kara dan Nakita.
Di dalam mobil, mereka bertiga hanya terlibat dalam percakakapan –percakapan yang ringan dan santai hanya untuk sekedar mencairkan suasana. Kalvin hanya bertanya soal bagaimana konsernya berlangsung, Kara dan Nakita hanya sedikit bercerita mengenai garis besar dari pertunjukkan yang baru saja mereka saksikan. Sebelum mereka semua pulang ke apartemen masing-masing, mereka memutuskan untuk makan malam dulu di sebuah restoran tak jauh dari arena pertunjukkan resital piano tadi.
***
Keesokan paginya di kantor, Kara mencoba membangun mood dan suasana yang baik dengan berceloteh dan mengobrolkan beberapa hal bersama dengan Nakita.
“Ta, aku mau cerita deh..”
“Soal apa?”
“Sekarang aku tau siapa pianis yang kita tonton semalam,”
“Siapa memangnya? Ada hubungannya sama kamu?” tanya Nakita kebingungan.
“Engga tau sih, tapi aku pernah melihatnya di kedai kopi yang tempo hari ku kunjungi,”
“Ya baguslah, berarti wajahnya sudah familiar bagi kamu.”
Tiba-tiba saat mereka bercakap-cakap, ada seorang kurir masuk kedalam ruangan. Kurir tersebut membawa sebuket bunga dengan ukuran yang cukup besar. Buket bunga itu bernuansa warna merah muda dibungkus oleh sejenis kertas dan plastik berwarna hitam. Tapi baik Kara maupun Nakita, didalam hati mereka bertanya-tanya siapa yang mengirimkan buket bunga ini, atau mungkin saja kurir ini sedang mengirim bunga ke alamat yang salah.
“Selamat pagi!” ujar kurir tersebut.
“Pagi, ada yang bisa saya bantu?” jawab Nakita.
Kara sudah tidak berada disitu karena ia harus kedalam untuk mengangkat telepon yang masuk.
“Apakah benar ini dengan tempatnya Bu Kara?”
“Ya benar.”
“Ini ada kiriman bungan untuk Ibu Kara.”
Sesaat setelah kurir tersebut meninggalkan ruangan bagian depan kantor, Nakita mengikuti Kara yang sudah terlebih dahulu masuk keruangan lain di dalam rumah mode itu. Nakita sedikit merasa heran karena ada seseorang yang mengirim bungan seindah ini untuk Kara. Jika ada seseorang yang berkirim bunga, maka pasti orang tersebut ada kaitan khususnya dengan Kara. Sementara, sejauh ini Kara tidak pernah bercerita bahwa mengenai seseorang yang sedang menjadi bagian di hidupnya. Nakita menjadi begitu yakin bahwa pengirim bunga ini special karena terselip kartu ucapan manis dibagian depan buket bunga tersebut.
Segera setelah Kara menerima buket bunga tersebut, ia langsung membaca kartu ucapan yang ada di dalamnya.
?“You are my vow. I’ll keep.
?It by continuing to love you every moment of everyday.
I promise to remember that neither one of us is perfect.
But strive to remind myself of the ways we are perfect for each other.”
-A
Bersambung…
p.s: ephemeral adalah sebuah istilah didalam bahasa inggris yang artinya adalah hanya sesaat atau sementara.