Sebuah Pencarian Cinta, Sudahkah Kita Menemukannya?

426

Oleh: Nurul Yunita

Judul Buku      : Mencari Cinta

Penulis             : Muhidin M. Dahlan

Tahun terbit     : 2017

Penerbit           : Scripta Manent, Yogyakarta

Dimensi           : 141 halaman, 12 x 19 cm

Merasa mencintai ataupun dicintai, bukankah setiap orang pernah mengalaminya? Kata dan definisi cinta, serta tema-tema mengenai cinta selalu menarik untuk dibahas. Orang memang cenderung tertarik membahas cinta, sebab cinta menghubungkan manusia dengan dimensi lain, yakni perasaan. Cinta mampu membuat manusia melakukan hal yang kadang menurut  ranah logika tak sesuai premis yang benar.

Dalam buku ini, Anda tak akan buru-buru disuguhi bagaimana proses mencari cinta ataupun mencari seseorang yang dicintai. Bab awal, Anda justru akan disuguhi sebuah pertanyaan besar, yang bahkan menjadi pertanyaan hingga akhir buku ini.

“Apakah selama ini kita sudah pernah mencintai? Atau justru hanya berusaha dicintai tapi seolah-olah mencintai?”

Fenomena kekinian, di zaman yang serba teknologi ini, banyak anak muda yang berusaha dicintai oleh teman-temannya, hingga terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Contoh lain, para politisi yang juga senantiasa menjanjikan angan-angan manis agar mereka tetap dicintai pemilihnya, merupakan hakikat manusia lebih cenderung ingin dicintai.

“Umumnya, cara yang dilakukan manusia modern itu adalah berusaha segala-sagalanya untuk dicintai, bukannya berupaya bagaimana mencintai,” (Dahlan, 2017, hlm. 21).

Fenomena berusaha untuk dicintai ini membuat manusia, dalam buku ini sebagai kategori yang sakit. Belajar mencintai, menjadi cara untuk menyembuhkannya. Tapi, bagaimana kita mencintai jika kita tidak mengenal cinta yang kita rasakan?

Jawaban atas kategori cinta yang kita rasakan, dibahas pada bab selanjutnya. Cinta erotis, cinta rasional, cinta romantis dan cinta agape. Jenis cinta apa yang kita rasakan?

Jika Anda mencintai pasangan Anda atas dasar dia muda, cantik, ganteng, bertubuh bagus, inilah cinta erotis. Bagi seseorang yang alergi pada jenis cinta erotis, mereka memilih cinta rasional. Bagi orang yang menganut cinta rasional, cinta merupakan perpaduan jiwa dan akal.

Diilustrasikan dalam buku ini, jika Anda penganut cinta rasional, saat malam minggu tiba dan Anda berkunjung ke rumah kekasih Anda, kesempatan itu akan Anda gunakan justru untuk membahas teori akademis sampai habis. Kategori cinta ini, merujuk cinta pada sebuah keindahan yang tidak bersifat material atau ada wujudnya tetapi ideal, punya nilai yang tinggi.

Kemudian, jika cinta itu tidak hanya dipikirkan, tapi dirasakan, ini namanya cinta flamboyan. Cinta yang dirasa sebagai hal yang berbunga-bunga, membahagiakan, dipenuhi kata-kata manis yang membuai, inilah wujud cinta romantis. Sifatnya labil, maka cinta ini biasanya dianut oleh para remaja.

Cinta yang luhur ialah cinta religius/agape. “Cinta ini telah melampaui cinta yang berorientasi tubuh, pemuja akal dan rasa. Dalam cinta ini kita belajar mencintai dan menerima orang lain seperti apa adanya,” (hlm. 45)

Buku ini bukan hanya menjabarkan pencarian manusia akan cinta atau bagaimana pemaknaan cinta, tapi juga memberikan pembaca tuntunan untuk menemukan cintanya masing-masing. Tak hanya memberikan definisi-definisi cinta, tapi juga bagaimana cinta yang pembaca cari, dapat ditemukan melalui banyak kisah yang disuguhkan buku ini.

“Mencari Cinta” menjadi salah satu buku yang mengajak pembaca untuk menemukan cinta secara otodidak.  Tak akan Anda temui bagaimana cara menemukan cinta sejati atau bagaimana mencari seseorang yang benar-benar mencintai Anda. Dalam buku ini, justru Anda akan diajak berefleksi menyoal cinta yang ada disekitar Anda, namun tak Anda sadari.

Salah satu pencarian cinta yang diceritakan dalam buku ini ialah cinta dalam diri sang Ibu. Sebagai wanita yang tulus mencintai anak-anaknya, ia menjadi sosok pencerminan mencintai paling tulus, tak mengenal batas dan melakukan pengorbanan tanpa mengenal lelah.

“Mencari cinta” memberi tuntunan, mendekatkan dengan cinta sesungguhnya kepada pemilik cinta abadi: Tuhan. Buku ini memberikan muatan religius,  mempelajari hubungan kita dengan pencipta, dengan cara yang berbeda.

Selepas membaca buku ini,  pembaca tak hanya memaknai cinta  terhadap lawan jenis atau pasangan yang kita cintai saja. Tapi, menuntun pembaca dalam menemukan cinta dalam dirinya. Anda tidak akan menemukan jawaban pasti perihal penemuan cinta. Sebab, pencarian cinta hanya Anda yang bisa memaknai dan menemukannya sendiri, dengan cara berefleksi.

“Di altar pencarian itu memang terhenti dalam titik remah tafakur bahwa ternyata cinta itu ada dalam diri sendiri. Dan kekuatannya akan terbaca dan terhitung dan terevaluasi dalam perburuan kita dalam hidup bersama yang lain,” (hlm. 140)

Maka, sudah sejauh mana Anda mencintai diri sendiri?[]

Comments

comments