Debat Capres Rema UPI: Isu Sinergitas Ormawa Menjadi Keresahan
Oleh: Salsabilla Ramadhanty Surachman & Muhamad Abdul Azis
Bumi Siliwangi. Isolapos.com— Kampanye pusat dan debat Calon Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekitif Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (BEM Rema UPI) digelar pada Selasa (2/4/2018) di gedung Achmad Sanusi atau Balai Pertemuan Umum (BPU) UPI. Debat ini mengambil tema “Pergerakan, Akademik, dan Responsifitas Birokrat”.
Direktur Kemahasiswaan (Dirmawa) Mupid Hidayat mengatakan dalam pemilu ini, mahasiswa sudah menunjukan kemajuannya sebagai intelektual yang baik. “Sebagai intelektual yang baik mahasiswa dengan ini menunjukan adanya fair play, tidak saling mengejek dan menjelek-jelekkan.” tutur Mupid. Lebih lanjut Mupid mengatakan kedua belah pihak calon sama-sama memiliki tekad baik dan mendorong prestasi UPI.
Kegiatan debat dimoderatori oleh Pandu Hyangsewu yang telah ditunjuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) Rema UPI. Panelis yang hadir terdiri dari Dirmawa Mupid Hidayat dan Mahasiswa Berprestasi (Mapres) UPI 2018 Refri Anggara.
Segmen pertama, moderator debat mempersilakan masing-masing paslon memaparkan visi, misi dan program unggulan dari masing-masing paslon. Paslon nomor urut 1 Arfindo-Kamal diberikan kesempatan pertama memaparkan visi misinya yang kemudian dilanjut paslon nomor urut 2 Rexzi-Hikmat.
Segmen kedua, kedua panelis yang telah ditentukan KPU Rema UPI memberikan pertanyaan kepada masing-masing paslon.
Dirmawa memberikan pertanyaan mengenai pemahaman paslon terhadap peraturan Senat Akademik tentang disiplin mahasiswa dan Peraturan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) nomor 55 tentang Unit Kegiatan Mahasiswa Pengawal Ideologi Bangsa (UKM PIB). “Apa yang telah Anda maknai mengenai dua peraturan tersebut?” tanya Mupid.
Moderator mempersilakan paslon nomor urut 2 menjawab terlebih dahulu, namun paslon nomor urut 2 mengaku belum meninjau mengenai peraturan senat akademik dan Permenristekdikti nomor 55. “Jujur belum menguasai dan mengkaji,” tutur Rexzi. Kemudian Hikmat menambahkan “Perlu dikaji ulang aturan ini karena harus ada keterlibatan mahasiswa.”
Setelah paslon nomor urut 2 menjawab, kini giliran paslon nomor urut 1. Terlihat Arfindo yang merupakan Menteri Dalam Negeri BEM Rema UPI 2018 menjawab pertanyaan yang ditanyakan panelis. Mengenai Permenristekdikti nomor 55, paslon nomor urut 1 menolak adanya peraturan tersebut karena dikhawatirkan merusak iklim organisasi mahasiswa akibat masuknya organisasi ektra mahasiswa. “Buat apa ada UKM PIB? Kita berhak menolak organ ekstra yang masuk dan membawa agenda di UPI,” ungkap Arfindo.
Selanjutnya pertanyaan dari Refri Anggara, dirinya meresahkan organisasi mahasiswa (ormawa) di UPI yang dalam kacamatanya kurang harmonis. Dirinya memberikan dua pertanyaan, “Bagaimana strategi dalam mengkolaborasikan ormawa? Bagaimana strategi dalam mengoptimalisasikan prestasi mahasiswa?”
Paslon nomor urut 1 dipersilakan moderator untuk menjawab, mereka menawarkan program Liga Rema yang merupakan sebuah kompetisi olahraga antar himpunan yang menjadi langkah untuk mengkolaborasikan ormawa serta mengajak mahasiswa dalam ikut serta memperbaiki konstitusi Rema. “Kami mengajak kawan-kawan untuk hadir di Sidang Umum (SU) MPM Rema UPI untuk memperbaiki konstitusi Rema,” tegasnya.
Kemudian giliran palson nomor urut 2 yang menekankan pimpinan BEM Rema UPI harus lebih dipercaya mahasiswa, melakukan kunjungan untuk menjaring aspirasi, keresahan dan mendorong ormawa untuk meningkatkan prestasi. “Jika itu tidak terjadi, kami bersedia untuk mundur,” komitmen yang diungkap paslon nomor urut 2.
Memasuki waktu solat asar kegiatan debat berhenti untuk istirahat solat dan kegiatan dilanjutkan kembali sekitar 30 menit kemudian.
Segmen ketiga debat, setiap paslon memberikan pertanyaan kepada paslon lain dan diberi kesempatan untuk menyanggah jawaban dan penguatan jawaban.
Paslon nomor urut 1 memberikan pertanyaan kepada paslon nomor urut 2, “Reformasi apa yang akan dilakukan?” paslon nomor urut 2 menjawab jika dirinya akan mereformasi struktur BEM Rema UPI yang dianggap selalu diisi golongan tertentu. “BEM Rema dianggap kurang merangkul,” ungkap Rexzi-Hikmat.
Kemudian paslon nomor urut 1 kembali bertanya kepada paslon nomor urut 2, “Apa jaminan reformasi?” paslon nomor urut 1 juga mengungkap reformasi akan sulit dilakukan jika BEM Rema UPI tidak memiliki fraksi SU di MPM Rema UPI.
Paslon nomor urut 2 menekankan siap untuk mundur dari jabatannya jika reformasi tidak terealisasi dan berupaya meningkatkan kepercayaan mahasiswa UPI kepada BEM Rema UPI. “Kami berupaya kegiatan BEM Rema UPI dapat masuk ormawa fakultas,” ungkap Hikmat.
Giliran paslon nomor urut 2 bertanya ke paslon nomor urut 1. Rexzi-Hikmat meresahkan kurang harmonisnya hubungan antar ormawa di UPI baik itu BEM Rema, BEM Fakultas, Himpunan Mahasiswa Jurusan hingga UKM yang ada di lingkungan UPI. “Bagaimana menjalin sinergitas ormawa UPI?” tanyanya.
Paslon nomor urut 1 menjelaskan jika dalam kepengurusannya akan melakukan open recruitmen terbuka kepada seluruh mahasiswa UPI untuk dapat mengisi jabatan menteri dan direktur jenderal diseluruh struktur BEM Rema UPI.
Paslon nomor urut 2 menyanggah jika open recruitmen yang dilakukan tidak akan efektif karena waktu berbenturan dengan persiapan Mokaku UPI 2019. Paslon nomor urut 2 memberikan gagasan mereka terkait strategi meningkatkan sinergitas, “Kami akan menjalin hubungan dengan seluruh pimpinan ormawa UPI supaya memberi kader terbaiknya bagi BEM Rema,” ungkapnya.
Paslon nomor urut 1 menegaskan jawabannya, jika fungsi seleksi ini akan berjalan efektif dan efisien dengan syarat pimpinan BEM Rema UPI bertindak secara profesionalitas. “Menjabat di BEM Rema merupakan hak seluruh mahasiswa UPI,” tegas Arfindo.
Segmen keempat memberikan kesempatan bagi seluruh audiens yang hadir memberikan pertanyaan. Moderator memberikan 2 kesempatan bertanya untuk dijawab salah satu paslon dan 1 kesempatan bertanya untuk dijawab kedua paslon.
Pertanyaan pertama ditujukan kepada paslon nomor urut 1. “Bagaimana membentuk BEM yang inklusif dan bersinergis?” Arfindo-Kamal menegaskan jika 3 komitmen visi misi akan mereka emban dan menjalankan fungsi BEM Rema seoptimal mungkin.
Pertanyaan kedua ditujukan kepada paslon nomor urut 2. “Bagaimana solusi konkret reformasi?” Rexzi-Hikmat menegaskan jika akan mengoptimalkan koordinasi kepada seluruh pimpinan ormawa dan keterbukaan keuangan BEM Rema UPI.
Masalah terjadi ketika pertanyaan ketiga diberikan. Seorang alumni mencoba bertanya kepada kedua paslon, namun ditolak oleh audiens yang lain, kemudian KPU membuat keputusan jika tanya jawab hanya diberikan kepada mahasiswa aktif. “Alumni memang boleh memasuki ruangan debat namun tidak boleh memberikan pertanyaan,” jelas Bilqis anggota KPU Rema UPI.
Kesempatan pertanyaan ketiga pun diberikan kepada audiens lain, “Bagaimana strategi BEM Rema UPI untuk mendorong pemeringkatan UPI?” Paslon nomor urut 2 menjawab terlebih dahulu, Rexzi-Hikmat memaparkan jika dirinya akan meningkatkan kontribusi BEM Rema terhadap indikator penilaian universitas dan meningkatkan hubungan dengan birokrat, “Tapi ketika ada kebijakan universitas yang tidak pro mahasiswa maka akan kami tolak,” tegas mereka.
Arfindo-Kamal menjawab akan menyiapkan program yang bernama UPI Leading Capacity sebagai sarana membentuk mahasiswa UPI yang berprestasi dan akan berkontribusi kepada universitas. “Kami pun akan meningkatkan hubungan dengan birokrat sebagai mitra kritis dan kolaboratif,” tegas mereka.
Diakhir kegiatan mahasiswa Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan (FPTK) UPI mengajukan kontrak politik kepada kedua paslon yang salah satu poin isinya menyangkut dukungan keberadaan dan keberlangsungan Keluarga Mahasiswa (KM) FPTK UPI. Kedua paslon pun menandatangani kontrak politik yang disodorkan perwakilan mahasiswa FPTK UPI.
Kurangnya adu gagasan pada debat terbuka debat ini menjadi evaluasi tersendiri. Hal itu diamini oleh Ketua KPU Rema UPI Miftahudin. “Banyak jawaban yang lepas dari visi misi masing-masing pasangan calon gitu kan, yang diperjualbelikan adalah gagasan visi misinya bukan gagasan spontan,” harap Miftahudin. []
Redaktur: Yulienda Maulida Fajar