At-tin nna Labrador: Korban Cinta Terlarang
Oleh: Savitri Rahmadhanti dan Fathimah Ghaida Nafisa*
*Reporter Magang Isolapos.com
Bumi Siliwangi, Isolapos.com,- Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) program studi Bahasa dan Sastra Indonesia kelas 4A sukses melaksanakan pergelaran sastra berjudul “At-tin nna Labrador”. Pergelaran ini dilaksanakan pada Jumat (24/05) di Gedung Amphiteater UPI. Pergelaran “At-tin nna Labrador” mengangkat isu yang terjadi pada masyarakat, seperti hubungan sedarah dan stigmatisasi serta diskriminasi terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
At-tin nna digambarkan sebagai orang yang mengalami gangguan kejiwaan akibat dari hubungan orang tuanya. Orang tua At-tin na merupakan kakak-beradik. Dalam realita At-tin nna Labrador, masyarakat menganggap bahwa At-tin nna adalah sosok yang akan membawa desa ke dalam bencana sebab ia lahir dari hubungan yang tidak seharusnya terjadi.
At-tin nna sedari kecil tidak diterima oleh lingkungan, bahkan keluarganya sendiri. Ia menerima segala perilaku buruk dari lingkungannya tanpa benar-benar mengerti apa yang terjadi. Adegan-adegan dalam “At-tin nna Labrador”, baik secara langsung maupun tersirat, menampilkan kekerasan dan ketidakadilan yang diterima oleh At-tin nna.
Pergelaran “At-tin nna Labrador” juga disajikan dengan penggunaan simbol-simbol yang memiliki banyak makna. Chandra Wijoto, penulis sekaligus pemeran dalam drama ini, menuturkan bahwa drama ini menggunakan simbol tarot. Misalnya, simbol pentacle terdapat pada properti yang digunakan Bu Cicit dan Bu Lilit. “Pentacle ini sebenernya disimbolkan sebagai hal-hal yang berharga untuk dua ibu-ibu ini,” ucap Chadra yang kerap disapa Awi.
Tokoh yang ditampilkan dalam drama ini juga memiliki makna. Misalnya, tokoh Mpok Kolot. Menurut Azky, penulis dan astrada, tokoh Mpok Kolot merupakan gambaran masyarakat berpikiran kolot. “Kalau dalam pandangan saya, ketika masyarakat melihat atau mungkin di sini kita konteksnya masyarakat yang mungkin kolot, gitu, melihat sebuah tindakan yang menyimpang di masyarakat, seperti misalnya hubungan inses ini, mereka mengutuk sangat keras terhadap tindakan tersebut sehingga akhirnya munculah karakter Mpok Kolot ini,” tuturnya.
Maulida selaku sutradara menyebutkan, cerita dalam pergelaran ini berdasarkan realitas sosial. “Kami juga mengangkat hal ini berdasarkan realitas-realitas sosial yang juga memang terjadi di masyarakat,” ucapnya. Menurutnya, kisah yang diangkat dalam pergelaran ini adalah kisah ODGJ yang dibakar karena diduga menculik seorang anak. ODGJ tersebut sempat ramai di media sosial beberapa waktu lalu. “ … dan izin menginformasikan juga bahwa bulan ini itu tepat sekali 16 bulan dari kematian ODGJ tersebut,” tambah Maulida.
Maulida menyampaikan, pesan dari pergelaran ini adalah untuk tidak mendiskriminasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). “Mengapa ODGJ masih diperlakukan buruk oleh sebagian besar masyarakat? Mengapa orang-orang yang memiliki perbedaan, gitu, ya, perbedaan yang begitu mencolok di mata masyarakat itu selalu dipandang sebelah mata, gitu, padahal perbedaan-perbedaan tersebut kan masih bisa kita hargai, gitu, sebagai seorang manusia.” ungkap Maulida.
Maulida juga berharap pergelaran ini bisa diingat dan dinikmati kapanpun. “Setelah selesai pergelaran ini, tentunya ‘At-tin nna Labrador’ itu bisa terkenang, gitu, ya di hati kawan-kawan yang sudah menonton gitu,” ucapnya. []
Redaktur: Amelia Wulandari