Antrean Gedung Parkir UPI Sebabkan Macet

73

Oleh: Amelia Wulandari

Bumi Siliwangi, Isolapos.com-Memasuki semester baru, kawasan di sekitar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) terlihat padat. Kepadatan tersebut terjadi di Jalan Geger Kalong (Gerlong), utamanya sekitar gerbang masuk dekat SD Isola. Berdasarkan pantauan Isolapos.com, penumpukan antrean kendaraan menyebabkan Jalan Geger Kalong yang sebelumnya dua arah menjadi satu arah. 

Nano Gunawan, salah satu tukang parkir di Jalan Gerlong yang juga turut membantu mengatur lalu lintas, memaparkan bahwa kondisi macet tersebut terjadi pada waktu masuk kuliah, yaitu sekitar pukul 06.00 hingga 07.00 pagi waktu setempat. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena antrean mahasiswa yang memasuki gedung parkir.  

“Ini (jalan-Red) harusnya dua jalur. Ke sana, bisa, ke sini, bisa. Ketutup sama mahasiswa yang mau masuk ke situ (gedung parkir-Red). Ini jadi satu jalur. Jadi, kesananya jadi macet. Jadi total sampai Gerlong Hilir bawah itu ikut macet,” jelasnya.

Menurut Nano, kemacetan tersebut berdampak kepada pejalan kaki, terutama warga Gerlong. Warga Gerlong terkadang komplain karena aktivitasnya terganggu, bahkan untuk berjalan kaki. Namun, Nano menambahkan, kondisi tersebut berlangsung 1 jam saja, saat waktu masuk kuliah pada pagi hari. 

Selain itu, Nano juga mengatakan kemacetan tersebut membuat mahasiswa memilih parkir di luar gedung parkir motor UPI. “Kalo dia macet, penuh kan. Jadi, mahasiswa males. Jadi, pada parkir ke sini,” katanya.

Nano berharap UPI bisa memperbaiki akses masuk kendaraan motor agar tidak terlalu padat. Ia juga menyarankan petugas UPI harus selalu siaga pada saat waktu rawan macet untuk membantu mengatur lalu lintas. 

Menurut Ali Masdur, Kepala Unit (Kanit) Polisi Lalu Lintas (polantas) Kepolisian Sektor (Polsek) Sukasari, kemacetan memang sering terjadi utamanya di Jalan Setiabudi, khususnya di kawasan UPI karena jam masuk sekolah dan kantor yang bersamaan. Apalagi menurutnya, terdapat sekolah-sekolah di sekitar UPI sehingga pada saat pagi terjadi peningkatan kendaraan. Ia mengatakan kemacetan tersebut hanya berlangsung selama satu jam, yaitu mulai pukul 06.30 hingga 07.30 pagi.

Ali juga menjelaskan strategi yang biasa polantas lakukan ketika adanya kemacetan, yaitu dengan rekayasa lalu lintas. “Strategi kita ya paling kalau dari Panorama itu, kita tidak bisa langsung memotong jalan, tapi kita lempar ke atas sedikit biar untuk balik arah. Terus trilling yang tengah itu kita ada trilling, kita buka,” jelasnya.

Menurut Ali, masalah kemacetan ini harus menjadi perhatian bersama. Tak hanya para pengguna kendaraan yang perlu memperhatikan etika berkendara, berangkat lebih awal dari waktu rawan macet dan penertiban pedagang di sekitar area UPI. Bagi Ali, jumlah kendaraan pribadi yang terus meningkat juga perlu menjadi konsentrasi. “Memang kendaraan pribadi di Bandung ini cukup banyak, setiap tahun selalu penambahan, selalu penambahan, sedangkan jalan tetap segitu-gitunya kan.” Jelas Ali.

“Secara logika kalau kendaraan umum itu kan muatnya banyak, tapi kan masyarakat Indonesia ini kan kadang-kadang juga ya mungkin merasa nyaman kalau pakai kendaraan sendiri.” lanjut Ali soal penggunaan transportasi umum yang juga dapat menjadi solusi kemacetan.

Reaksi Civitas UPI

Kemacetan yang terjadi di sekitar UPI juga berdampak kepada civitas akademika UPI, seperti yang dirasakan Wildan. Sebagai salah satu mahasiswa UPI, menurutnya, kemacetan ini terjadi karena lahan parkiran yang terpusat di satu wilayah saja. 

“Buat sekarang, sih, apalagi di atas ya parkiran sudah ditutup. Jadi, mobilitas benar-benar dari bawah semua, gitu dan FYI, aja, ya, gitu kan. Sekarang buat parkiran itu penuh udah sampai rooftop,” ungkap Wildan.

Wildan juga merasakan dampak langsung dan tidak langsung dari kemacetan Gerlong. Ia memaparkan bahwa dirinya sudah datang lebih pagi, tetapi tetap saja merasakan kemacetan. Hal tersebut membuatnya terlambat masuk kelas dan tertinggal informasi yang sudah disampaikan dosen. Selain itu, kemacetan tersebut juga membuat dirinya malas untuk mengendarai motor ke kampus.

“Dampak tidak langsungnya, ya, jadi males aja gitu. Jadi mending jalan aja dikit dari dari kos. Kadang antara motoran langsung berangkat kuliah sama jalan dari kos lebih cepetan jalan sekarang sama, padahal dulu lebih cepetan pakai motor.” ujarnya.

Wildan berharap pihak UPI dapat membuka lahan parkir baru, selain di gedung parkiran Gerlong dan menanggapi masalah kemacetan tersebut dengan serius.

“Ya, kalau misalkan gini-gini terus dengan jumlah maba dan jumlah motor yang kemungkinan bertambah, ya enggak akan ada solusinya sampai kedepannya. Jadi, pihak UPI harus benar-benar memikirkan solusinya. Karena yang terdampak tentu bukan mahasiswa UPI saja.” 

Hal yang sama dirasakan oleh Angel, salah satu mahasiswa UPI asal Cimahi. Menurutnya, kemacetan di UPI lebih parah dibandingkan semester sebelumnya. Kemacetan tersebut cukup mengganggu aktivitasnya. Ia menjadi lebih lama berada di jalan sehingga merasa lelah.

“Kemacetan ini juga berdampak bagi kesehatan saya karena terlalu sering menghirup polusi,” ungkap Angel.   

Menanggapi kemacetan yang terjadi di sekitar UPI, Dadi Darmadi, Kepala Unit Pelayanan Terpadu Keamanan dan Ketertiban Kampus (UPT K3) membenarkan penyebab kemacetan di sekitar UPI, salah satunya karena mahasiswa yang akan memasuki gedung parkir. 

Ia mengatakan pihak K3 sudah memikirkan solusi untuk permasalahan tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan K3 menurut Dadi adalah membantu mengurai kemacetan, merencanakan pembangunan gedung parkir baru, dan membuat aturan tentang pembatasan jumlah kendaraan motor serta batas waktu penggunaan parkiran. 

“Artinya, tentu ini akan berdampak pada pengurangan jumlah kendaraan yang masuk kampus dan pembatasan waktu penggunaan. Di aturan Rektor tentang K3 itu sampai pukul 22.00,” ujarnya.

Dadi memperkirakan gedung parkir baru yang terdapat di belakang Museum dapat selesai pada Januari 2025 mendatang sehingga harapannya tidak ada penumpukan lagi di sekitar Gerlong. Selain itu, Dadi menyarankan civitas akademika UPI yang tempat tinggalnya dekat tidak usah membawa kendaraan ke kampus.

“Makanya, nanti diharapkan.adik-adik mahasiswa, serta dosen. Karena yang rumahnya deket enggak usah pakai motor lah, jalan aja ke sini (kampus);” tutup Dadi.

Redaktur: Harven Kawatu

Comments

comments