Bandung Diciptakan Ketika Tuhan Tersenyum Jahil
Oleh: Razib Iled
*) Mahasiswa UPI angkatan 2020
Bandung,
konon katanya kau diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum.
Tapi bagi mereka warga Tamansari
yang menjadi korban program tak jelas pemegang kekuasaan,
yang menjadi korban proyek alih fungsi lahan,
yang tak jelas akan ke mana di tengah penindasan,
yang diinjak tanpa perikemanusiaan.
Bagi kami, Bandung diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum jahil.
Dengan puasnya menertawakan kami yang tak berdaya
di kaki mereka para aparat gagah pemegang senjata.
Bandung,
kalau kau bangga atas Dago yang begitu tertata paripurna,
maka janganlah kau tengok mereka warga Dago Elos yang ternista
oleh putusan MA
yang berpihak pada “Si Kaya”, keluarga Hartanto.
Sementara mereka, yang lahir dan besar di tanah ini,
harus tangguh menghadapi kerasnya dunia
tanpa pernah diperhatikan para pemangku kebijakan.
Bandung,
tak ingatkah kau pada warga Kebon Jeruk?
Manusia yang menjadi korban keberingasan PT KAI.
Bandung,
Aku lebih percaya bahwa Bandung diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum jahil.
Dengan puasnya menertawakan kami yang tak berdaya di kaki mereka yang punya senjata.
Di manakah keadilan?
Mengapa warga Baleendah harus menerima banjir
ketika tetangga sebelah mereka dengan nyaman berbelanja di pusat perbelanjaan elit?
Mengapa anak-anak Ciroyom harus bermain di tepi rel kereta
ketika anak-anak lain bermain di gamemaster?
Mengapa pengguna jalan Baleendah harus merasakan gersangnya di tengah kemacetan
ketika pengguna jalan lain di Cipaganti menikmati kesejukan di perempatan?
Mengapa harus ada batas jelas kesenjangan antara warga Tamansari
dan mereka yang berbelanja di Baltos dengan outfit serba trendi?
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
Tuhan…,
Mengapa hidup ini tak adil?
Ah, sudahlah.
Mungkin Tuhan ingin menguji seberapa kuat hamba-Nya.
Karena Dia Mahatahu seberapa batas kemampuan kita.
Bandung, 28 November 2022