Menelusuri Alasan Mahasiswa Memilih Parkir Alternatif

136

Oleh: Muhammad Ulil Albab & Fazira Azna

Bumi Siliwangi, Isolapos.comSemakin maraknya lahan parkir alternatif di sekitar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), kampus Bumi Siliwangi menimbulkan pertanyaan mengenai efektifitas dan kenyamanan fasilitas parkiran motor yang disediakan kampus. Sedikitnya 8 titik parkiran alternatif hadir di sekitar area kampus dan banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa, karena lokasinya lebih mudah diakses serta layanan baik yang diberikan oleh penjaga parkir. Sedangkan hingga saat ini, terdapat tiga titik lahan parkir motor yang berada dalam kampus UPI: Gedung parkir, area Masjid Al-Furqon dan depan Bank BNI.

Beberapa titik parkir alternatif yang kerap dimanfaatkan mahasiswa di antaranya terletak di halaman Indomaret gerbang FPTI, Gang FPTI, Gang di sebelah Masjid Daarut Tauhiid, Gelanggang FPOK, kawasan Cilimus, serta area belakang Museum Pendidikan Nasional (Mupenas). Lokasi-lokasi ini umumnya dipilih karena lebih dekat dengan gedung perkuliahan tertentu, atau karena sistem parkirnya dianggap lebih praktis dibandingkan dengan gedung parkir yang berada di kampus.

Salah satu mahasiswa, Ridho (bukan nama sebenarnya), mengungkapkan alasan utamanya memilih parkir di luar UPI karena lebih praktis dan dekat dengan fakultasnya. “Kalau parkir di UPI masih harus jalan jauh ke fakultasnya,” ujarnya. Ridho juga menyoroti ketidakteraturan parkir di kampus yang menyebabkan kesulitan saat hendak mengeluarkan motor. Ia menambahkan bahwa parkir di luar lebih mudah karena ada tukang parkir yang mengatur.

Senada dengan Ridho, Diva, mahasiswa FPOK yang sedang mengikuti program fast track, memilih gedung parkir saat ada kelas di pascasarjana, dan parkir alternatif dekat gelanggang untuk kelas lainnya. Ia memilih parkir alternatif untuk mempersingkat waktu karena lebih dekat dengan kelas. Diva mengeluhkan terkait banyaknya mahasiswa yang sembarangan parkir di gedung parkir. “Ngga sukanya kadang ada orang orang yang parkirnya seenaknya gitu loh, jadi berantakan, kan.” imbuhnya. Ia juga membandingkan dengan parkir alternatif di luar kampus dan mengungkapkan bahwa meski berbayar, ada penjaga yang membantu mengeluarkan kendaraan, berbeda dengan gedung parkir. 

Diva juga menyoroti perilaku pengguna parkir dan kebersihan fasilitas. Ia berharap semoga mahasiswa memiliki kesadaran terhadap ketertiban parkir. Juga fasilitas bisa lebih diperhatikan, terutama toilet. Meski demikian, ia tidak menyangkal kelebihan dari gedung parkir UPI yang mampu melindungi motor dari hujan ataupun panas.

Jarak yang jauh dari fakultas dan mahasiswa yang parkir sembarangan di gedung parkir UPI menjadi masalah umum yang dihadapi oleh banyak mahasiswa. Aura selaku mahasiswi, senada dengan Ridho dan Diva, mengaku bahwa jika terlambat kelas, ia terkadang memilih parkir alternatif. Aura juga merasa banyak mahasiswa parkir tidak sesuai dengan tempatnya, banyak yang justru parkir di area jalur gedung parkir, sehingga ia merasa sedikit terganggu saat mobilisasi. “.. di sini tuh kalau misalkan kita mau naik ke atas bener-bener harus nyalip-nyalip karena banyak banget motor yang parkir di jalan gitu. Jadi bukan di garis yang udah ada tandanya,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya perluasan lahan parkir seiring dengan peningkatan jumlah mahasiswa setiap tahun. “Fasilitas yang ada masih segitu-segitu aja, padahal jumlah mahasiswa terus bertambah. Daripada buat hal yang nggak penting, mending prioritaskan fasilitas yang udah urgent,” tambahnya.

Tim Isolapos juga mewawancarai mahasiswa yang lebih memilih gedung parkir UPI dibanding parkir alternatif. Beberapa diantaranya menyampaikan bahwa kekurangan di dalam gedung parkir adalah minimnya kesadaran dari pengguna untuk parkir dengan tertib dan rapi. 

Yasmin selaku mahasiswi, mengeluhkan motornya sering tersenggol kendaraan lain hingga membuat spion kendor dan pelatnya bengkok. “Padahal lantai parkir sudah diatur satu slot kotak untuk satu motor, namun selalu ada orang yang memaksakan parkir di tengahnya.” jelasnya. Ia juga menyoroti pengendara yang parkir sembarangan dan menghalangi jalur. “Minimal kalau misalnya mau rapat boleh, tapi masih dalam kotak, jangan di luar kotak. Maksudnya, menghalangi jalan. Kadang kan kita telat ya, buru-buru nyari parkiran. Ada parkiran tapi ternyata dia nutupin,” imbuhnya.

Meskipun lebih memilih gedung parkir, mahasiswi bernama Nazma mengaku masih merasa ragu terhadap sistem parkir yang ada. “Yang pertama, mungkin dari aspek keamanan. Emang nggak 100% percaya, kadang kan ada celah ataupun kesalahan-kesalahan yang bisa terjadi. Yang kedua, kerapian. Kayak motor dimana-mana aja. Terus di tanjakan gitu” ujarnya. Ia juga menyoroti sikap sebagian mahasiswa yang tidak mau disalahkan meski parkir sembarangan.“Kan udah jadi resiko ya kalau kita parkir sembarangan bisa ada body yang rusak karena kegores atau gimana gitu. Terkadang ada beberapa orang yang malah marah-marah balik. Mereka salah gitu kan, ya harus berani rusak kalau parkir sembarangan gitu.” jelasnya.

Disisi lain, gedung parkir UPI masih menjadi andalan sebagian mahasiswa. Selain gratis, sistem keamananya dinilai lebih terjamin dibandingkan parkir alternatif. Seperti mahasiswa bernama Rian yang mengungkapkan pendapatnya selaku pengguna gedung parkir “Pertama, kalau parkir di dalam UPI itu gratis. Kedua, cukup aman buat parkir karena kalau keluar itu harus tagging STNK. Kalau di luar yang jaganya itu kadang ada, kadang enggak. Itu kayak enggak menjamin banget keamanan” ujarnya. 

Ia juga menyebut keberadaan satpam yang rutin berpatroli menjadi nilai tambah. “Kelebihannya, satpamnya ada. Terus suka keliling juga, kontrol. Terus kalau misalnya lupa kunci motor, suka disimpan dulu sama satpamnya. Terjaminlah keamanannya.” tambah Rian.

Iqbal salah satu mahasiswa yang sering memarkirkan motornya di gedung parkir juga menuturkan pengalaman ketika menginapkan motornya. “Menurut aku di sini itu lebih save aja gitu ya, karena ada pengelolaanya juga yang K3 gitu. Terus di sini tuh kayaknya udah lebih leluasa untuk ditinggal gitu jadi aman” jelasnya. Namun ia juga berharap para mahasiswa dapat lebih bertanggung jawab dalam menggunakan fasilitas gedung parkir “Mungkin yang paling simpel kayak buang sampah pada tempatnya, jangan vandalisme gitu dimana-mana, dan yang paling penting parkirnya jangan aneh-aneh gitu,” ujarnya.

Menanggapi fenomena parkir alternatif, Marzuki selaku petugas Keamanan dan Ketertiban Kampus (K3) yang bertanggung jawab atas parkiran, menegaskan bahwa pihak kampus tidak merekomendasikan mahasiswa untuk memarkirkan kendaraan di luar kampus. “Lebih baik kita jalan agak jauh daripada simpannya itu di luar. Itu riskan,” tegasnya. Ia juga menceritakan bahwa pernah terjadi kehilangan kendaraan mahasiswa yang parkir di luar, seperti di sekitar museum dan di bawah Isola Resort, yang menandakan tingginya risiko keamanan.

Untuk menindak oknum mahasiswa yang parkir sembarangan di gedung parkir, Dadi Darmadi selaku kepala K3 akan berlaku tegas terhadap oknum tersebut pada sistem parkir baru yang menggunakan kartu untuk masuk dan keluar. “Syaratnya harus ada SIM, STNK, rekomendasi dari prodi, dan siap menaati peraturan. Jika ketahuan, Cabut! (kartunya-Red)” tegasnya. []

Redaktur: Sennita Tya Divany

You might also like