Puisi: Puisi-puisi Elang

428

DETIK

Detik-detik mungil mengantarkanku untuk terjaga

Betapa semakin pendek jarak menuju pelabuhannya

Jarum-jarum tajam sang waktu

Memaksa tuk sadar sepenuhnya

Kembali dengan segala kesadaran diri… kesucian diri…

yang telah kehilangan ruangnya karena tanpa terasa

kita selalu menjelma menjadi dewata

Hanya cermin hati yang sanggup berbisik dengan keretakannya

Bahwa sesungguhnya, betapa kerdilnya

Membuatku terpaku… akankah sanggup?

Entahlah… karena sang anginpun lirih berkata:

“tak dapat ku kabarkan berita-berita tuhan… untuk telinga-telinga yang tak mampu mendengar”

dan diri inipun bersenandung pilu:

“jangan lupa jalan pulang sayang, karena jika itu terjadi, akan banyak yang terluka”


PUSARAN JIWA

Seperti berenang dalam pusaran…

yang hendak menelan diri yang bimbang

kuterseret dalam arus keterasingan… entahlah…

tak tahu mesti terjaga atau… sebaiknya ku tetap terlelap dalam mimpi-mimpi yang

tidak tahu ujungnya.

ku dapatkan diri yang tertawa

karena yang kutahu ku tidak sanggup untuk sekedar menikmati cahaya mentari yang hadir.

sesaat kupenat, hingga sayap kebebasanku terikat dan ku merasa sesak.

Tapi…  satu yang kumengerti…, ternyata ku tidak siap untuk melangkah di jalan yang berbeda, saat kuterbiasa dengan bahasa kesunyian.

Maafkan jika kumemilih untuk pernah berlari darimu…

Elang: mahasiswa tingkat akhir Universitas Pendidikan Indonesia

Comments

comments