Puisi: Puisi-puisi Elang
DETIK
Detik-detik mungil mengantarkanku untuk terjaga
Betapa semakin pendek jarak menuju pelabuhannya
Jarum-jarum tajam sang waktu
Memaksa tuk sadar sepenuhnya
Kembali dengan segala kesadaran diri… kesucian diri…
yang telah kehilangan ruangnya karena tanpa terasa
kita selalu menjelma menjadi dewata
Hanya cermin hati yang sanggup berbisik dengan keretakannya
Bahwa sesungguhnya, betapa kerdilnya
Membuatku terpaku… akankah sanggup?
Entahlah… karena sang anginpun lirih berkata:
“tak dapat ku kabarkan berita-berita tuhan… untuk telinga-telinga yang tak mampu mendengar”
dan diri inipun bersenandung pilu:
“jangan lupa jalan pulang sayang, karena jika itu terjadi, akan banyak yang terluka”
PUSARAN JIWA
Seperti berenang dalam pusaran…
yang hendak menelan diri yang bimbang
kuterseret dalam arus keterasingan… entahlah…
tak tahu mesti terjaga atau… sebaiknya ku tetap terlelap dalam mimpi-mimpi yang
tidak tahu ujungnya.
ku dapatkan diri yang tertawa
karena yang kutahu ku tidak sanggup untuk sekedar menikmati cahaya mentari yang hadir.
sesaat kupenat, hingga sayap kebebasanku terikat dan ku merasa sesak.
Tapi… satu yang kumengerti…, ternyata ku tidak siap untuk melangkah di jalan yang berbeda, saat kuterbiasa dengan bahasa kesunyian.
Maafkan jika kumemilih untuk pernah berlari darimu…
Elang: mahasiswa tingkat akhir Universitas Pendidikan Indonesia