DOKUMENTASI SOSIAL YANG LUPUT DARI PERHATIAN

135

Reza Agung Pratama

Judul Buku : SERIBU SENYUM DAN SETETES AIR MATA (KUMPULAN ESAI MYRA SIDHARTA)

Penulis         : MYRA SIDHARTA

Penerbit       : PENERBIT BUKU KOMPAS

Jumlah halaman : 328

“Ternyata buku alamat bukan sembarang buku. Ia merupakan benda penting bagi manusia masa kini, terutama yang tinggal di kota metropolitan dan yang sudah mengikuti arus globalisasi,”

Begitu cermat Myra Sidharta yang mengamati perubahan makna sebuah benda bernama “buku alamat”. Buku ini merangkum berbagai peristiwa yang penting namun selalu luput dari pencermatan kita, khususnya berbagai peristiwa di kalangan menengah-atas yang jarang terekspos ke media. Misalnya saja dalam tulisannya berjudul “Buku Alamat” dia menceritakan bahwa dulu di kampung alamat-alamat tidak perlu dicantumkan dalam buku, orang tinggal memberi keterangan ciri-ciri rumahnya seperti: berada di dekat pohon pinang disebelah kiri atau kanan jalan. Namun seiring berkembangnya globalisasi ketika telepon rumah telah menjadi barang yang lumrah, masyarakat berevolusi menjadi lebih spesifik dalam mencatat keterangan. Kini dalam buku alamat selalu disertai nomor telepon.

Seperti judul bukunya “Seribu Senyum dan Setetes Air Mata,” kita akan merasakan tutur cerita Myra merangkum segala kebahagian kecil namun menyenangkan untuk diulas sekaligus dibumbui rasa haru yang mungkin mengena pada insan tertentu. Seperti tulisan berjudul “Sebuah Kartu Kecil,” Myra menggali kenangan-kenangan tentang kartu kecil yang selalu diselipkan dalam undangan pernikahan. “Dengan tanpa mengurangi rasa hormat, kami akan lebih berbahagia bila tanda kasih yang diberikan tidak berupa cenderamata atau karangan bunga,” begitulah teks yang biasa tercantum dalam kartu kecil itu. Kebiasaan menyelipkan kartu-kartu kecil itu adalah sesuatu yang lucu di masyarakat kita. Para mempelai seperti menyarankan para tamu undangan untuk tidak memberi cinderamata hasil “daur ulang” dan karangan bunga yang  akan sia-sia jika dipajang karena hanya memuat iklan perusahaan.

Dari ritual serah-terima kado itu, sekalipun beberapa pengantin tidak terlalu peduli dengan isi kadonya, namun kebiasaan itu merupakan aktualisasi dari masyarakat kita yang pragmatis dan perhitungan tentang segala makna yang terkandung dalam kado tersebut. Beberapa orang memberi kado yang mahal lalu dicantumkan ucapan selamat beserta nama pemberinya supaya bisa menyombongkan statusnya. Begitupun para pemberi kado ada yang bermaksud menyindir dengan memberi minyak rambut pada mempelai pria yang botak ataupun memberi deodoran pada mempelai yang bau badan. Untuk mengatasi sikap-sikap pemberi kado itu, maka para calon pengantin baru menyiapkan kartu kecil sehingga setidaknya bisa menyadarkan si pemberi kado.

Hal yang lebih unik lagi adalah ketika psikolog perempuan ini menganalisis hubungan sampah dengan masyarakat. “Sampah Mencerminkan Diri Kita,” begitulah judul tulisannya. Konon kita dapat merekonstruksi sejarah masyarakat kita lewat lapisan-lapisan sampah. Di Jakarta sangat sulit untuk menemukan tempat sampah yang layak. Teknis pembuangan sampah yang diterapkan juga kerap mengesalkan. Tempat sampah yang ada di kawasan Jakarta biasanya terbuat dari semen dan sulit diangkat, akibatnya sampah selalu berantakan ketika diambil oleh pemulung karena tidak dimasukkan dulu ke kantong plastik. Adapun kebiasaan masyarakat kita yang malas untuk mencari tempat sampah mengakibatkan sungai dibelakang rumah Myra tercemar oleh barang-barang aneh sejenis sandal capita atau wajan.

Ketika membaca buku ini kita akan menyimpulkan betapa jelinya Myra sebagai pengamat sosial. Disajikan seperti obrolan santai di pagi hari, dengan tutur kata yang jenaka namun tetap tajam mengkritisi. Kita mungkin akan tertawa ketika beberapa kejadian yang pernah kita lakukan terulas dalam kumpulan esai ini. Seperti dalam tulisan “Sebuah Kartu Kecil” yang banyak mengungkap beberapa hal “konyol” yang dilakukan masyarakat Indonesia. Untuk membantu mengeruk memori-memori kita yang telah lampau, Myra menyajikannya dalam sebuah tulisan santai sehingga kita akan teringat kenangan-kenangan lama dan sedikit tertawa maupun terharu. Kita juga dapat melakukan pembelajaran tentang kehidupan sosial dan perkembangan sosial masyarakat kita lewat buku ini.

Comments

comments