ASEP : PPG SEBAGAI GERBANG KUALITAS GURU

200
Asep Kadarohman, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UPI di acara Bincang Isola yang bertemakan “Perlukah Pendidikan Profesi Guru (PPG)?”, Jumat (5/2).
Asep Kadarohman, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UPI di acara Bincang Isola yang bertemakan “Perlukah Pendidikan Profesi Guru (PPG)?”, Jumat (5/2).

Oleh : Prita Kartika Pribadi & Pathan Ismail

Bumi Siliwangi, isolapos.com– “Untuk melindungi sarjana pendidikan itu melalui SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal).” Hal tersebut disampaikan oleh Asep Kadarohman, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), pada acara Bincang Isola, Jum’at (5/2) di Teater Terbuka Museum Pendidikan UPI dengan tema “Perlukah Pendidikan Profesi Guru (PPG)?”.

Asep menyatakan bahwa PPG yang saat ini dikembangkan melalui SM3T secara otomatis menjadi satu paket dan merupakan suatu model yang bagus. Telah diketahui bahwa PPG sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh civitas pendidikan terutama di Lembaga Perguruan Tinggi Keguruan (LPTK). Karena, agar bisa menjadi guru yang ‘profesional’ dengan berbagai tunjangan yang didapat, seorang calon pendidik harus terlebih dahulu menempuh PPG. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Asep bahwa adanya PPG ini untuk menyaring calon pendidik sehingga dapat menghasilkan pendidik yang profesional. “PPG itu sebagai gerbang kualitas guru,” tutur Asep.

Sesuai tema acara yang diangkat, Asep mengatakan bahwa PPG ini diperlukan dalam rangka guru sebagai profesi karena sebenarnya semua profesi itu harus ada pendidikannya. “Kalau guru dikatakan sebagai profesi maka harus ada pendidikannya dan saya kira PPG ini menjadi hal yang sangat penting,” jelas Asep.

“PPG juga sifatnya tidak terbuka,” kata Asep. Dimaksudkan bahwa LPTK tidak bisa sekonyong-konyong membuka pelaksanaan PPG karena program ini merupakan penunjukkan dari pemerintah dan hanya institusi-institusi tertentu yang dapat melaksanakan kegiatan PPG ini. Oleh karena itu diperlukannya sosialisasi terhadap masyarakat agar tidak keliru.

“Membuka program PPG sendiri itu sebenarnya tidak bisa karena nomor mahasiswa dan nomor ijazah itu terpusat, jadi pendaftaran untuk PPG itu berbeda dengan pendaftaran pendidikan akademik. Kalau pendidikan akademik itu universitasnya, kalau PPG pendaftarannya terpusat dan langsung dibawah pemerintah karena ada konsekuensi, kalau dia sudah dapat sertifikat kemudian mengajar memenuhi syarat maka pemerintah harus membayar tunjangan profesinya,” jelas Asep.

Disinggung mengenai ditetapkannya beasiswa pada program PPG, Asep menjelaskan rancangan repitalisasi LPTK yang akan membangun asrama dan ikatan dinas. “Sekarang ini memang di dalam rancangan repitalisasi LPTK itu sedang dikembangkan PPG guru dan berikatan dinas, jadi pemerintah sekarang akan membangun asrama pada 12 LPTK, nantinya asrama itu akan dijadikan sebagai tempat pelaksanaan PPG berasrama dan berikatan dinas,” jelas Asep.

Dalam rangka kemaslahatan untuk UPI dan LPTK, pemerintah dan pihak LPTK sedang menggodog apakah dimulai dari SM3T kemudian PPG ataupun sebaliknya. Akan tetapi SM3T ini tidak akan dilepas dan akan dijadikan syarat kelulusan. “Kita diskusikan dengan alot, Jadi tetep SM3Tnya harus ada,” jelas Asep.

“Pendidikan yang baik itu key person-nya dalah guru,” kata Asep. Hal itu dimaksudkan bahwa pendidikan tidak akan baik tanpa guru yang baik pula dan kemajuan suatu bangsa itu akan sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. “Oleh karena itu, melalui PPG ini diharapkan nanti guru yang dirasakan lebih terstandar terutama guru-guru yang memang dari pertamanya mendapatkan tunjangan dari pemerintah,” jelas Asep.

Selain itu, harapan nasional kepada para mahasiswa LPTK ini adalah keikutsertaan terhadap program PPG yang salah satu syarat sementara kini harus mengikuti SM3T terlebih dahulu. Akan tetapi, sayangnya minat mahasiswa untuk mengikuti PPG ini masihlah sangat kurang. Khususnya mahasiswa UPI. Hal ini dapat ditampilkan dengan hanya terdapat 7 prodi yang menyelenggarakan PPG. “Semua jurusan/ prodi bisa mengikuti PPG, tapi sayangnya minat mahasiswanya yang kurang,” tambah Asep Kadarohman.

Comments

comments