SAIA sebagai Cermin Realitas dan Moralitas

611

Oleh: Yunita Ayu

Judul               : SAIA

Penulis             : Djenar Maesa Ayu

Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama

Tebal Buku      : 139 Halaman

ISBN                 : 978-602-03-0170-9

Karya Djenar Maesa Ayu selalu berhubungan dengan seksualitas dan perempuan. Hal tersebut menuai pro dan kontra terhadap karya-karyanya. Suatu keberanian yang tidak semua orang punya. Kumpulan cerita (kumcer) SAIA karya Djenar masih berkisah tentang perempuan dengan kehidupan kelam yang dialaminya. Ia mencoba mengajak pembaca masuk ke dalam sisi gelap yang dialami perempuan dengan gayanya yang lugas dan frontal. Gaya khas Djenar selalu merangsang daya imajinasi dan daya pikir liar pembaca..

SAIA terdiri dari lima belas cerita berbeda melalui perspektif perempuan. SAIA seolah mengajak pembaca melihat realitas masa kini. Djenar dengan apik mengisahkan, menggambarkan bahkan mengungkapkan hal-hal yang masih dianggap tabu oleh sebagian orang. Kumcer SAIA seakan menjadi cerminan sosial tentang realitas dan krisis moral yang tengah terjadi. Pemerkosaan, penyiksaan, pelecehan, prostitusi, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan hal lain yang terjadi pada perempuan dituangkannya ke dalam lima belas kumcer SAIA.

Salah satu cerpennya yang berjudul Air, mengisahkan tentang perjuangan seorang perempuan yang menjaga janinnya. Air dijadikan simbol kehidupan awal manusia yang berasal dari air kental putih. Dikisahkan bahwa tokoh aku menerima air kental putih itu dalam indung telurnya hingga tumbuh menjadi janin yang kini terlahir sebagai manusia yang merasa seperti disia-siakan. Meskipun janin yang ada di rahimnya disia-siakan oleh lelaki yang seharusnya bertanggung jawab atas perbuatannya, tetap ia pertahankan dengan berbagai kesulitan yang dihadapi.

Cerpen lainnya berjudul Dan Lalu, Nol-Dream Land, Sementara, Kulihat Awan, Fantasi Dunia, Qurba Iklan, Urbandit, Gadis Korek Api, Air Mata Hujan, Insomnia, Dewi Sial!. Selain itu, cerpen yang berjudul Mata Telanjang ditulis Djenar bersama Agus Noor. Cerpen tersebut mengisahkan  tentang sisi gelap kota metropolitan yang menjadikan perempuan sebagai alat untuk memperlancar pekerjaan. Sex komersial.

Urusan bisnis yang rumit, selesaikan saja dengan perempuan. Itu yang membuat aku selalu kemari, menjamu para pejabat yang sering dengan bermacam alasan menunda proyek yang sebenarnya bisa cepat beres, (Ayu, 2014 : 123).

Terdapat keunikan dalam salah satu cerpen Djenar. Cerpen yang berjudul Nol-Dream Land membuat pembaca memutar otak dengan beragam spekulasi makna yang muncul ketika membacanya. Visualisasi jam yang berdenting di kepala Nay dengan bunyi tik-tok, tik-tok, tik-tok, yang terus menghentak sangat menarik dan unik. Hal tersebut memberi kesempatan kepada pembaca untuk mencari dan menemukan maksud yang terkandung di dalamnya.

Sementara itu, cerpen SAIA yang menjadi judul buku tersebut, berkisah tentang kekerasan dan penyiksaan yang dialami tokoh bernama saya. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakharmonisan yang terjadi pada orang tuanya. Ketidakharmonisan yang melahirkan pertengkaran dan KDRT.

 Mereka tak peduli walau saya sudah menangis minta ampun dan merintih kesakitan. Sepertinya hanya saat menghukum saya itulah pendapat mereka tak lagi berseberangan. Mereka yang semula bagai anjing dan kucing, tiba-tiba berubah bak teman sepersekutuan (Ayu, 2014 : 72).

Buku ini tepat untuk dibaca oleh masyarakat dari semua pihak untuk menjadi refleksi bersama. Pembahasan mengenai realitas sosial khususnya perempuan dan krisis moral yang terjadi bisa menjadi bahan perenungan bersama. Keadaan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari yang terabaikan dan masih dianggap tabu.[]

Comments

comments