Memorabilia

116

Oleh Dedi Sahara

Sayup-sayup suaramu terdengar dari dasar sunyi

selagi kulihat langit Wonosari, seperti kesah angin

desember yang basah, seperti denting embun

pertama jatuh di rimbun jati.

 

Tapi, kota hanya menitipkan jarak

di jendela kaca. Kota kembang yang karib

dengan kenangan dan kemacetan

telah menyulap tubuhmu menjadi tua renta:

hari-harimu lepas tanpa kata,

lembar-lembar nasib yang kelewat percuma.

 

Kesedihan menggembalakan kita

sebagai domba-domba lapar,

menuju padang-padang yang hijau.

Melewati bukit-bukit kapur,

tanah berlumpur, dan hujan badai.

sampai, sampai tangan hatimu terkulai.

 

Aku ingin mengubah rasa nyeri

menjadi alunan melodi Tchaikovsky,

angsa putih menari-nari,

atau apa saja yang menyerupai bunga lili

memekarkan senyum di bibirmu.

Seperti tangan petani yang tabah

menanami tanah kapur dengan berkah.

 

Dedi Sahara, lahir di Bandung 02 Desember 1992. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi bersama Nun (2015), Ritus Kesunyian (2015) dan media cetak. Mengasuh kolom esai di Meta Ruang (metaruang.co).

 

Comments

comments