Mahasiswa Tunadaksa Tuntut Haknya Kepada UPI
Bumi Siliwangi, isolapos.com–
Sekitar 90 mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menggelar aksi menuntut aksesibilitas mahasiswa berkebutuhan khusus di kampus UPI, Kamis (25/8). Aksi di gelar di depan gedung Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan dalam kesempatan itu mahasiswa baru yang menyandang tunadaksa, Sarid Syahrinal, melayangkan sepucuk surat yang berisi tuntutan agar haknya sebagai mahasiswa berkebutuhan khusus dipenuhi universitas. Surat berisi tuntutan tersebut diserahkan kepada Pembantu Dekan I FIP, Musthafa Kamil Pasha.
“Saya meminta aksesibilitas bagi pengguna kursi roda seperti saya dan juga mahasiswa berkebutuhan khusus yang lainnya,” tuntut Sarid saat aksi. Pasalnya, dia mengaku kesulitan mengakses fasilitas-fasilitas yang ada di UPI, khususnya di gedung FIP yang akan menjadi tempat kuliahnya. “Saya mau ke WC aja susah, kursi rodanya tidak bisa muat kedalam,” keluh Sarid saat ditemui isolapos.com .
Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PLB, Asep Abdul Azis mengatakan, aksi yang mereka lakukan kali ini adalah upaya untuk mengingatkan kembali universitas pada kewajibannya untuk memfasilitasi mahasiswa berkebutuhan khusus.
Azis menjelaskan, ada tiga tuntutan besar yang mereka suarakan, yaitu aksesibilitas mahasiswa berkebutuhan khusus dari segi infrastruktur sarana prasarana beserta gedung kuliah, kurikulum yang disesuaikan, dan perbaikan pelayanan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, baik akademik maupun non akademik. “Mereka juga adalah mahasiswa yang memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa terkecuali,” tegas Azis.
Menanggapi surat dari Sarid, Kamil berjanji akan menyampaikan surat tersebut kepada Dekan FIP yang kemudian akan diserahkan kepada rektor UPI. “Semuanya butuh proses, surat ini akan dibahas di tingkat senat dan akan didiskusikan,” ujar Mustafa.
Sarid serta mahasiswa berkebutuhan khusus lainnya berharap universitas menanggapi apa yang mereka suarakan, dan mempermudah aksesibilitas mahasiswanya yang berkebutuhan khusus. “Di mall aja difasilitasi kok , masa di universitas tidak? Seharusnya kan mereka lebih mengerti,” ucap Sarid. [Lia Anggraeni]