Matahari di Sebuah Jalan Kecil

56

Bumi Siliwangi, isolapos.com-

Musik khas Cirebon sudah mengiringi para penonton ketika memasuki ruangan gelap, tak ada cahaya lampu ataupun cahaya lilin yang meneranginya. Semakin lama musik khas Cirebon semakin hilang dan digantikan dengan suara orang-orang di atas panggung dengan meneriakan kata maling berulang kali.

Suara langkah-langkah kaki pun terdengar semakin cepat. Mereka tengah memburu maling yang berkeliaran di malam hari. Dengan lampu berwarna biru yang sedikit redup, terlihat bangunan sebuah warung yang terbuat dari bambu dengan kursi panjang yang tergeletak di atasnya.

Pagi pun datang, perempuan-perempuan yang menjadi buruh pabrik tengah asyik berbincang-bincang dengan perempuan yang bergigi ompong di tengah dengan mengenakan kebaya berwarna gelap pemilik warung nasi pecel. Ia adalah Si mbok yang dimainkan oleh Ade Irma.

Percakapan pun terjadi antara para buruh dan pabrik. Mereka berbincang-bincang sambil memakan nasi pecel si mbok. Membicarakan banyak hal, tentang sepeda, pemerintah, dan tentang keluarga. Bunyi bel pun terdengar, mereka harus meninggalkan warung pecel dan masuk ke pabrik.

Beberapa saat setelah itu, seorang wanita berambut panjang dengan baju putih dan rok hijau mendekati warung pecel milik si mbok, ia pun memesan pecel dan melahapnya seperti orang kelaparan. Namun ia tidak membawa uang karena tertinggal di rumahnya. Percekcokan antara si mbok dan gadis itu pun terjadi. Hingga membuat buruh pabrik ikut campur.

Gadis itu mengaku bertempat tinggal di kampung yang sama dengan buruh pabrik itu. Namun, tak ada yang percaya dengan gadis yang malang itu. Ia telah berbohong. Ia pun di minita menanggalkan pakainnya, namun ia pun menolak. Tak ada yang bisa dilakukannya kembali. Dengan paksaan para buruh dan supir akhirnya ia memberikan sepatunya.

Masalah pun telah selesai. Para buruh kembali ke tempatnya masing-masing. Gadis berambut panjang itu mengungkapkan rasa terimakasihnya. Karena kasihan, si mbok memberikan sepatu yang tadi telah disitanya. Gadis itu pun pergi.

Tiba-tiba, ada lelaki yang mendekati simbok yang menceritakan bahwa gadis itu telah menipu di pasar tetangga dan di mana-mana. Si mbok pun merasa tertipu dan pingsan.

Ada beberapa pesan yang bisa diambil dari pementasan ini, yaitu tentang kejujuran yang saat ini sangatlah susah ditegakan. Terkadang kita bisa dengan mudahnya tertipu dengan hal-hal yang sebenarnya bisa kita antisipasi dengan kehati-hatian kita.

Selain itu, dalam pementasan ini terlihat gambaran kehidupan sehari-hari yang biasa kita temui, tantang perempuan-perempuan yang sedang mengobrol juga tentang kerja keras yang memang seharusnya dilakukan manusia untuk mendapatkan kebahagiaan.

Kisah matahari di sebuah jalan kecil itu tersaji dalam pentas teater lakon yang dimainkan oleh angkatan teater 2012 yang diberi nama Jabang Tutuka. Jabang Tutuka merupakan nama kecil dari Gatot Kaca. Pentas yang di sutradarai oleh Ridha N. Nasution jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ini digelar di Auditorium lantai dua Pusat Kegiatan Mahasiswa, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)  2-3 April 2012. [Julia Hartini]

Comments

comments