Dekan dan Keharusan Penyikapan Mahasiswa.

66

Oleh: Faika Muhammad Aulia*

*Mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah UPI 2013

Dewasa ini UPI sedang ramai, oleh pemilihan Dekan. Memang sudah seharusnya UPI sibuk. Agenda akhir tahunan ini sudah lama terjadi. Sejak naik tahtanya Furqon, maka habis juga ‘kekuasaan’ mereka, pejabat sebelumnya. Diantara mereka ada yang tak bisa mencalonkan lagi, ada yang menunggu legalisir kembali, ada pula yang kalah ‘judi’, lantaran salah pegang jagoan.

Imbasnya tentu saja mahasiswa. Mereka, baik yang sadar maupun tidak akan menjadi ‘korban’ dari naiknya birokrat baru itu. Bagamanapun, mahasiswa adalah sasaran kebijkan mereka. Memang tidak semua, tapi, percayalah mahasiswa adalah yang paling banyak.

Terpilihnya Dekan baru tentu adalah salah satunya. Dia adalah unit kerja tertinggi kedua setelah UPI, kalaupun ada UPT atau lainnya, mereka hanya setingkat. Dekan punya kuasa atas fakultas. Dia bisa mengakangi Departemen atau prodi. Dia bisa turut menentukan nasib mahasiswa tidak mampu meskipun tidak langsung (lewat WD Kemahasiswaan). Dia adalah anggota Senat Akademik Ex-Officio. Dia adalah sosok ‘gubernur’. Singkatnya, Dekan adalah sebuah posisi yang strategis, jika mahasiswa beruntung bahwa Rektor memilih Dekan yang pro mahasiswa, maka bersyukurlah kita. Pergerakan akan aman, kita tak perlu banyak birokrasi dan tentu saja, ‘membumi’. Yang sial adalah jika yang kemudian terpilih adalah yang tidak pro mahasiswa tadi. Saya rasa mahasiswa bisa tebak hasilnya, kesengsaraan dan kenistaan bagi mahasiswa.

Dalam salah satu tulisan Sen Katayama, pro atau tidaknya pemimpin bisa dilihat dari salah satu aspek, komunikasi. The leader that never make a good communication is a tyrant! Salah satu cirinya adalah berusaha membungkam aksi dan aspirasi, baik dalam bentuk Demonstrasi Massa Aksi maupun tulisan atau gerakan literasi.

Kita mungkin sering baca buku sejarah, contoh kongkritnya Soeharto. Semua serba tidak bisa. Demo susah, aktivis ditangkap, Buku dibakar dan lain sebagainya. Untuk yang baik mungkin adalah Queen Elizabeth, ketika Britania di bom Blok Axis, dia datang ke bawah tanah untuk ngobrol sama rakyatnya. Dewasa ini juga, Ratu memperbolehkan rakyat ‘memakinya’. That’s a reason why Great Britain love the Queen.

Sekarang dan selanjutnya, mari kita buktikan Dekan kita yang mana. Terlebih setelah banyak pembaharuan di UPI, renstra yang mulai berlaku dan pembangunan sana- sini; yang tentu semuanya harus disikapi oleh mahasiswa UPI,  akan bersikap apa dia. Jika memang dia sepakat, atau minimal tidak menghalangi. Memberi keterbukaan informasi dan akses bagi mahasiswa, beruntunglah mahasiswa. Tapi jika sekiranya cenderung represif, semaunya dan menutupi informasi, bahkan mengancam status kita, maka mari sejenak lupakan bangku kelas dan lawan. Dengan cara apapun. Karena mereka yang waras akan melawan kalau ditindas.[]

Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis yang bersangkutan, bukan tim redaksi.

Comments

comments