Perspektif Dosen Bimbingan Konseling terhadap Maraknya Perilaku Bullying
Bumi Siliwangi, isolapos.com- Maraknya kasus bullying atau perundungan saat ini menjadi topik panas yang sudah banyak tersebar di media sosial, di antaranya seperti kasus pembullyan anak sekolah menengah di Cilacap dan sejumlah kasus bullying lain yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2023 ini.
Dilansir dari tirto.id berdasarkan data Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), kasus bullying di lembaga pendidikan tercatat sebanyak 23 kali selama periode Januari-September 2023 yang paling banyak terjadi di tingkat SMP, yakni sebesar 50 persen, SMA sejumlah 13,5 persen, dan SMK 13,5 persen.
Kasus bullying yang tidak pernah surut ini menjadi perhatian serius khususnya bagi para pendidik di satuan pendidikan karena rata-rata tindak perilaku bullying banyak terjadi di tingkat sekolah menengah dan atas yang dilakukan oleh siswa.
Berbicara seputar maraknya kasus bullying saat ini, tim Isolapos.com berkesempatan melakukan wawancara seputar permasalan tersebut bersama Ipah Saripah, dosen sekaligus Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Berikut petikan wawancara Ipah dengan Tim Isolapos.com :
Mengapa Seseorang Melakukan Tindakan Bullying?
Kita bisa melihat yang pertama dari karakter individu itu sendiri. Riset saya menunjukkan bahwa pelaku bullying itu cenderung kurang memiliki empati terhadap orang, kemampuan manajemen emosi cenderung rendah, dan memiliki aspek agresi yang lebih tinggi untuk menyerang orang lain. Hal tersebut merupakan faktor dari dalam diri individu, kemudian pola asuh keluarga. Kita pasti menyadari bahwa keluarga adalah pendidik pertama dan utama bagi seorang anak, ketika seseorang dibesarkan di lingkungan keluarga yang penuh dengan kekerasan, selalu dibentak misalnya atau sikap orang tua terhadap anak terlalu otoriter. Hal itu dapat membuat anak itu lebih berisiko tinggi terlibat dalam perilaku bullying. Selain itu, pengaruh teman sebaya juga cukup penting karena bagi remaja teman sebaya nomor satu bagi mereka. Jadi apa yang terjadi di kelompoknya itu yang akan berpengaruh juga terhadap dia. Kemudian yang terakhir yang tidak kalah penting adalah lingkungan. Termasuk juga secara sistem mixed misalnya, di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini berpengaruh besar terhadap anak. Jadi memang faktornya banyak dan kompleks.
Bagaimana Cara Mengidentifikasikan Perilaku Bullying di Sekolah ala Guru BK?
Jadi saya ingin menekankan dulu bahwa upaya untuk mengatasi tindakan bullying ini bukan semata mata tugas guru BK. Mengapa BK lalu yang dimunculkan? Mungkin karena selama ini paradigma orang bahwa guru BK itu yang tugasnya mendisiplinkan dalam tanda kutip. Walaupun sebetulnya tugas guru BK itu untuk membantu siswa mengembangkan potensinya. Bahwa pada perjalanan untuk mengembangkan diri yang optimal itu siswa mengalami hambatan, gangguan, termasuk adanya tindakan bullying ini. Dalam perspektif BK sebetulnya yang perlu dilakukan itu adalah bagaimana upaya preventif dulu, upaya mencegah, selalu mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Jadi upaya pencegahan dengan selalu melakukan upaya upaya untuk mengedukasi tentang bahayanya bullying agar anak itu tidak terlibat. Namun kalau sudah terjadi bullying, kita bisa memberikan konseling. Konseling untuk korban maupun pelaku. Guru BK sendiri biasanya dibekali kemampuan untuk mengidentifikasi anak mana yang memiliki kecenderungan untuk menjadi pelaku atau menjadi korban. Mulai dari hasil psikotes biasanya atau hasil assessment, akan teridentifikasi bahwa anak ini kecenderungan agresinya tinggi dan harus berhati-hati. Jika ada anak tertentu yang dari sisi penampilannya saja bakal rentan terkena bully; penampilannya berbeda, culun, atau anak-anak seperti itu. Nah, mulai dari situ sebetulnya sudah harus bisa diberikan upaya preventif.
Bagaimana Dampak dari Perilaku Bullying Terhadap Korban Maupun Pelaku?
Kalo bagi korban ada dampak psikologis, yaitu kepercayaan dirinya menjadi turun. Kemudian juga bisa berdampak terhadap prestasi belajarnya, juga akan mengalami gangguan kecemasan bahkan depresi hingga akhirnya bunuh diri. Itu yang dia anggap bahwa jalan satu satunya untuk menyelesaikan masalahnya itu dengan bunuh diri. Kemudian pada dampak fisik, bullying fisik biasanya terlihat karena adanya bekas. Lalu dampak berikutnya bagi korban, korban menjadi tidak punya ketidakpercayaan untuk membangun hubungan dengan orang lain, dia menutup diri, dan berbagai dampak negatif lainnya yang akan berpengaruh terhadap masa depan dia. Bagi pelaku sendiri sebetulnya ada hasil riset yang menunjukan ketika seseorang menjadi pelaku bullying, maka besar kemungkinan di masa dewasanya dia akan terlibat dalam tindakan kriminal dan dia menganggap bahwa kekerasan itu adalah satu-satunya jalan untuk dia menyelesaikan masalah. Sehingga misalnya ketika berumah tangga dia akan menjadi pelaku KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) kemudian dia melakukan tindakan kriminal yang lebih berbahaya, lalu adanya hukuman sosial, jika dia diketahui, diungkapkan ada sanksi sosial. Ada hukuman yang menunggu dia. Jadi dia juga secara sosial akan dirugikan.
Bagaimana Peran Media yang Memberitakan Kasus Bunuh Diri Dalam Mempengaruhi Seseorang?
Media itu sebetulnya dia mestinya netral, netral dalam arti bisa memberikan sudut pandang yang adil kepada semua. Jangan hanya memviralkan hal-hal yang negatifnya saja apalagi ketika itu ditonton oleh mohon maaf misalnya penonton yang kemampuan kognitifnya masih rendah, sementara keinginan dia untuk mengimitasi atau meniru itu cenderung tinggi. Di kita itu berlaku bad news is good news, yang jelek itu justru yang harus diviralkan, kalau sudah viral biasanya menjadi inspirasi dan dicontoh oleh orang lain. Tadinya tidak terpikirkan untuk mencoba, jadi ingin mencobanya dan jadi trend seperti itu. Memang harus ada filter bagaimana media itu memberitakan tentang sesuatu, jadi saya pikir ada regulasi yang mengatur tentang itu termasuk dalam hal tayangan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Walaupun media resmi, harus diatur dan terdapat sensor. Jika viral melalui handphone itu yang lebih berbahaya; adegan vulgar dan tragis tergambar semua, itu sebetulnya PR sekali untuk kita walaupun itu dilihat oleh anak kita maka jadikanlah itu sebagai media untuk anak itu belajar mana perilaku yang boleh dan mana yang tidak boleh. Jika setiap hari anak itu diekspos terus menerus dengan hal itu, lama-lama dia akan kebal dan dia ingin menirunya lalu menganggap itu sebagai hal yang biasa. Remaja-remaja sekarang itu jiwanya hampa, ketika dia merasa hampa maka diisinya itu oleh apa yang dia lihat dan yang dia tonton. Ini yang bahaya tanpa ada filter, tanpa ada pihak yang memberikan perspektif yang berbeda yang seharusnya bagaimana. Namun tetap harus ada yang mengedukasi. Jadi posisi media kemudian posisi orang dewasa, orang dewasa ini bisa orang tua, bisa guru, bisa siapa pun yang lebih dewasa daripada anak. Orang dewasa mesti memberikan edukasi yang betul kepada anak, mana yang boleh mana yang tidak boleh termasuk juga mengajarkan konsekuensi ‘’kalo kamu melakukan ini maka kamu harus siap gimana?’’
Bagaimana Tanggapan Dosen BK Terkait Seseorang yang Melakukan Bunuh Diri Akibat Bullying?
Orang terpikir untuk melakukan tindakan bunuh diri bagi saya ini tadi, ini sudah warning bahwa ada sesuatu yang salah dalam sistem pendidikan kita dan dalam sistem pengasuhan kita. Jadi kembali saatnya kita menunjukan kepedulian di lingkungan keluarga harus menunjukkan pola-pola pengasuhan yang penuh dengan kasih sayang dengan keterbukaan, komunikasi yang ramah kepada anak gitu, di sekolah juga sama. Mari kita tunjukkan dengan ada kampanye anti bullying paling sederhana, “say no to bully” di sekolah. Jadi orang tahu bahwa bullying ini bukan suatu hal yang dibenarkan dan jangan pernah menganggap bullying itu sebagai suatu yang wajar. Kita harus sama-sama mau menunjukkan kepedulian kemudian berani mendukung; berani mendukung korban, berani untuk speak up, lalu juga berani mengupayakan bersama-sama kesejahteraan psikologis korban dan juga membantu untuk pelaku supaya dia sadar bahwa perilaku dia itu salah. Jadi bukan hanya korban yang harus dibantu tetapi pelaku juga dibantu. Jadi bagi saya tindakan bunuh diri ini yang sangat disayangkan seharusnya tidak terjadi dan mudah-mudahan tidak sampai terjadi lagi.
Bagaimana Peran Orang Sekitar dalam Mengawasi atau Meminimalisir Perilaku Bullying?
Jadi intinya tunjukan kepedulian, kemudian kita harus mulai aware juga dengan perubahan sekecil apapun yang dialami oleh remaja-remaja. Baik pelaku maupun korban. Remaja-remaja sekarang itu kan banyak yang kosong ya jiwanya, ketika dia kosong maka diisinya itu oleh apa yang dia lihat dan apa yang dia tonton. Hal ini yang berbahaya, tanpa ada filter dan tanpa ada pihak yang memberikan perspektif seharusnya bagaimana. Intinya jangan diam dan jangan pernah menganggap bullying itu sebagai hal yang biasa. Kalo perlu kampanyekan secara besar-besaran say not to bully sehingga semua orang paham bahwa bully memang bahaya.
Harapannya Terhadap Kasus Pembullyan yang Sedang Marak Ini?
Harapan saya, mudah-mudahan semua pihak menyadari dampak negatif dari bullying ini dan semua pihak memiliki komitmen untuk bersama-sama memutus rantai bullying, sehingga jangan ada lagi anak-anak yang jadi korban apalagi sampai dia mengakhiri hidup. Mari kita sama-sama tunjukkan kepedulian, mulailah dari diri sendiri sehingga nanti kita bisa betul-betul mengatakan bahwa pendidikan ini adalah pendidikan yang berhasil karena bisa meminimalkan tindakan-tindakan kekerasan seperti bullying. Mari kita jadikan institusi pendidikan kita ini betul-betul bebas dari tindakan-tindakan kekerasan seperti itu.