BPO Senat FPIPS Desak Minta Keterlibatan dalam Forum MWA

125

Oleh: Maisie Juanita

Bumi Siliwangi, Isolapos.com–Pada Senin (5/5), BPO Senat FPIPS melakukan audiensi dengan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UPI, Nanan Soekarna. Audiensi ini diselenggarakan untuk mengajukan aspirasi terkait pencalonan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia periode 2025–2030, di mana perlu adanya keterlibatan mahasiswa dalam forum-forum MWA.

Terdapat lima orang perwakilan mahasiswa yang hadir dalam audiensi tersebut. Yakni, Ketua Umum BPO Senat Mahasiswa FPIPS Rangga Fadhillah, Ketua Bidang Eksternal BPO Senat Mahasiswa FPIPS Anang Rafi Anugrah, Ketua Umum Hima Pendidikan Sejarah (HIMAS) Ali Zacky, Ketua Umum BEM Himpunan Mahasiswa Civics Hukum (HMCH) Hilmi Rizal Fadhillah, serta hadir demisioner Wakil Presiden BEM REMA 2024, Dzulfalah. Audiensi ini juga didampingi oleh Sekretaris MWA Riandi, Ketua Pemilihan Rektor Nu’man Abdul Hakim, dan Kepala Divisi Kerjasama dan Organisasi, Pandu Hyangsewu.

“Audiensi (yang berjalan-Red) ini, itu atas nama BPO Senat,” kata Anang.

BPO Senat FPIPS menyampaikan tiga tuntutan utama kepada Ketua MWA UPI. Pertama, mendesak revisi Statuta UPI untuk memasukkan unsur mahasiswa sebagai bagian dari MWA, dengan pendapat bahwa MWA sebagai lembaga tertinggi di universitas, seharusnya mengakomodasi representasi mahasiswa untuk memastikan suara mereka terwakili dalam pengambilan keputusan penting. 

“…Nah masalahnya, sampai saat ini mahasiswa itu belum ada, pak. Nah sebenarnya itu harapan mahasiswa UPI itu, karena sebenarnya kita sudah belajar (studi-Red) banding dengan universitas lain…” ujar Anang, sebagai perwakilan pembicara dari pihak mahasiswa. Mereka merasa bahwa selama ini mahasiswa hanya diposisikan sebagai objek kebijakan, bukan sebagai subjek yang turut menentukan arah kebijakan universitas.   

Tuntutan kedua adalah keterlibatan mahasiswa dalam seluruh proses pemilihan rektor UPI. Mereka, sebagai mahasiswa ingin terlibat tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga dalam kepanitiaan dan tahapan-tahapan lain sesuai dengan sosialisasi yang pernah diberikan. Mereka menekankan bahwa pemilihan rektor adalah momen penting yang berdampak langsung pada kehidupan kampus dan kesejahteraan mahasiswa, sehingga partisipasi aktif dari seluruh sivitas akademika sangat diperlukan.   

Tuntutan ketiga berkaitan dengan isu “politik buzzer” yang mencuat dalam proses pemilihan rektor. Perwakilan mahasiswa tersebut menyoroti pentingnya menjaga prinsip transparansi dan demokrasi dalam setiap tahapan pemilihan. Mereka khawatir bahwa praktik “politik buzzer” dapat merusak integritas proses pemilihan dan mencederai nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh UPI. 

“Tapi kan kalau misalkan ada politik buzzer sebagai merusak demokrasi pak,” ujar Anang kembali.

Menanggapi tuntutan mahasiswa, Ketua MWA UPI, Nanan Soekarna, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima dan memahami aspirasi yang disampaikan. Terkait tuntutan revisi statuta, Nanan Soekarna menjelaskan bahwa perubahan statuta memerlukan proses dan tahapan tertentu, termasuk melalui Senat Universitas.  

Namun, sembari menunggu proses revisi statuta berjalan, Nanan membuka diri untuk menerima langsung aspirasi mahasiswa. 

“…Saya ulangi ya, kan pasti mengubah statuta dulu, statuta itu mesti ke senat dulu dan sebagainya, next regulasinya kita ikutin. Tapi selama itu belum, suara apa aja mahasiswa langsung ke saya, lisan, tertulis, WA, boleh. Supaya saya bisa bawa suara itu,” tambahnya. 

Nanan menegaskan komitmennya untuk menyampaikan suara mahasiswa terkait perubahan statuta. “Yang penting kan tetap dibawa dulu nih sambil menunggu statuta direvisi,” pungkasnya.

Dalam audiensi tersebut, para perwakilan mahasiswa juga menuntut kepastian terkait jadwal pembahasan revisi statuta. Mereka menanyakan secara spesifik, ”Paling kita minta kepastiannya aja, bapak, kapan forum MWA akan digelar untuk membahas terkait revisi statuta gitu pak?,” 

Nanan menjawab bahwa pihaknya akan mempelajari mekanisme perubahan statuta dan mengupayakan penjadwalan forum tersebut. “Kita coba untuk ada, kan ada sidang pleno begitu pak. Nah, saya akan coba pelajari bagaimana mekanisme, cara mengubah statuta,” jawab Nanan.   

Selain itu, dalam audiensi tersebut, isu pentingnya keterlibatan mahasiswa dalam pemilihan rektor juga ikut disorot dan menanyakan rincian mengenai public hearing

“Karena dari awal proses pemilihan rektor itu belum dilibatkan, mahasiswa sama sekali ya pak,” kata Anang. 

Pandu, selaku Kepala Divisi Kerjasama dan Organisasi Mahasiswa menjelaskan bahwa perwakilan mahasiswa sebenarnya sudah diundang dalam sosialisasi pemilihan rektor dalam dari DPM dan MPM REMA. 

“Ada perwakilan juga. Dan dari saya yang menunjukkan, panitia dari pemilihan rektor mengirimkan surat ke direktorat kemahasiswaan untuk mengirim utusan dari BEM Universitas, ya. berhubung BEM-nya sudah demis, maka kita memilih yang sudah terpilih, DPM dan MPM.” ujar Pandu.   

Ketua MWA, Nanan, kemudian menambahkan bahwa pihaknya mengundang perwakilan dari setiap fakultas, termasuk dekan dan mahasiswa. 

“Saya justru minta ke pak rektor, saya minta semua fakultas ada perwakilan hadir dekannya dan mahasiswanya. Hadirkan dekan dan mahasiswa sebanyak mungkin, kalau gak bisa ya di Zoom,” jelas Nanan. Lalu, Pandu juga menambahkan bahwa panitia akan mengakomodasi perwakilan dari 9 fakultas dan 5 kampus daerah (kamda). 

Agenda pemilihan rektor sendiri akan dilanjutkan dengan Paparan Kertas Kerja Calon Rektor pada Kamis (8/5) mendatang, yang akan diselenggarakan dalam format public hearing di Gedung Ahmad Sanusi, di mana mahasiswa dan pihak terkait lainnya akan diundang untuk hadir.[]

Redaktur: Nabil Haqqillah

You might also like