Kronologi dan Hasil Forensik Mahasiswi UPI yang ditemukan Meninggal di Gymnasium

6,242

Oleh: Chika Jasmine dan Fathimah Ghaida Nafisa

Bandung, Isolapos.com­Ajeng Mahromatussa’diyyah, mahasiswi UPI Program Studi Pendidikan Masyarakat angkatan 2021, ditemukan sudah tak bernyawa oleh dua mahasiswa UPI lain berinisial MF dan DN di Lantai 2 Gedung Gymnasium, Kampus UPI Bumi Siliwangi pada Kamis (26/12) sore. Penemuan tersebut terjadi pada pukul 15.05 WIB ketika kedua saksi tengah berada di Gedung Gymnasium UPI untuk membuat konten video olahraga. Namun, sebelum video olahraga sempat dibuat, kedua saksi menemukan jasad AM tergeletak di lapangan basket gedung tersebut.

Setelah dilakukannya penyelidikan, Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Bandung memberikan pernyataan mengenai hasil penyelidikan lebih lanjut dalam konferensi pers pada sabtu (28/12) siang di Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Bandung.

Budi Sartono, Kepala Kepolisian Resort Kota Besar (Kapolrestabes) Kota Bandung memaparkan bagaimana korban berinisial AM ditemukan di Gedung Gymnasium UPI. Ia juga menjelaskan secara runtut alur peristiwa tersebut.

“Pada saat saksi mendatangi Gymnasium tersebut, (para saksi—red) melihat ada sesosok jenazah sudah tergeletak di Gymnasium dan telah dilihat ternyata jenazah wanita.” Ujar Budi dalam konferensi pers.

Kronologi Kejadian

Dalam proses penelusuran, bukti-bukti dari rekaman kamera CCTV yang dipasang di sekitar Gymnasium dan indekos AM memperlihatkan jika ia keluar dari indekosnya pada hari kamis (26/12) pukul 11.33 WIB. Budi mengungkapkan jika AM keluar sendirian.

“Jadi pada pukul 11.33 korban keluar dari gang kos-kosan,” tutur Budi.

Selanjutnya, AM kembali terlihat di CCTV Gymnasium bagian luar pada pukul 11.39 WIB. Ia berjalan memasuki Gedung Gymnasium UPI pukul 11.40 WIB dan kembali tertangkap kamera CCTV tengah berjalan di dalam gedung pada pukul 11.41 WIB.

“Pada pukul 11.39, terlihat di CCTV korban berjalan memasuki gedung Gymnasium kampus UPI. Kemudian pada pukul 11.40 korban juga terlihat pada CCTV berjalan di dalam gedung Gymnasium kampus UPI. Kemudian pada pukul 11.41 terlihat korban memasuki di dalam gedung Gymnasium kampus UPI. disini terlihat sendirian tidak ada yang lain,” pangkas Budi.

Hasil pantauan terakhir kamera CCTV yang dipaparkan oleh Budi adalah pada pukul 12.28 WIB, ketika nampak korban terjatuh dari lantai 2 Gedung Gymnasium UPI.

“Kemudian pada pukul 12.28 terlihat di CCTV, korban jatuh dari lantai 2 gedung Gymnasium ke lapangan basket Gymnasium tersebut,” kata Budi.

Namun, Budi mengatakan jika alasan pasti AM jatuh belum diketahui pasti karena kamera CCTV tidak menyorot ke titik area tepat AM jatuh.

“Memang kalau untuk sebabnya, jatuhnya seperti apa, apakah menjatuhkan diri sendiri atau terjatuh. Ini karena tidak ada CCTV yang melihat langsung. CCTV melihat pada saat jatuhnya,” terangnya.

Selain pemeriksaan pada CCTV, kepolisian juga melakukan pemeriksaan pada para saksi terkait kejadian ini. Salah satunya yaitu sang mantan kekasih berinisial AV.

AV membenarkan ada pertemuan dengan AM di indekosnya pada pukul 11.00 WIB di hari tersebut. Sempat terjadi adu mulut antara kedua pihak. Namun, tak lama setelah itu, AV kembali ke kediamannya tanpa mengetahui kabar selanjutnya dari AM.

“Pada saat itu, saksi (AV—red) menjelaskan, hasil pemeriksaan BAP, bahwa terjadi cekcok mulut, cekcok permasalahan dengan korban. Akhirnya saksi AV meninggalkan kos kosan tersebut atau pulang kerumahnya atau pulang ke kos-kosannya sendiri,” jelas Budi.

Selain saksi AV, beberapa saksi lain pun telah diperiksa. Di antaranya yaitu saksi DN selaku keamanan di kampus tersebut, saksi N selaku ibu kos dari korban, dan juga saksi SP selaku ayah dari korban.

Budi memaparkan seluruh runtutan kejadian tersebut dengan bukti kuat berupa kertas berisi gambar tangkapan layar CCTV yang telah mereka pantau. Hal ini memperkuat bukti bahwa korban memang sendirian di dalam gedung tersebut tanpa ada yang menemani. Dari awal ia keluar dari kediamannya, memasuki Gedung Gymnasium UPI, hingga ketika ia terjatuh dari lantai 2 Gedung Gymnasium UPI.

“Kemudian juga kami melaksanakan pemeriksaan juga kepada saksi-saksi lain dan keamanan dan tempat lain. Memang tidak ada orang lain di Gymnasium tersebut. Sehingga kita menyimpulkan bahwa korban pada saat jatuh di lapangan Gymnasium kampus UPI tersebut sedang dalam keadaan sendirian. Tidak ada orang lain.” Ucap Budi sembari menunjukan kertas bukti gambar yang tengah ia pegang.

Hasil Pemeriksaan Forensik

Tidak hanya pemaparan dari Kapolrestabes, konferensi pers yang diadakan juga menghadirkan Nurul Aida Fathya, dokter spesialis forensik dari RS Bhayangkara Sartika Asih sebagai tempat dilaksanakannya pemeriksaan pada jasad korban.

Nurul memaparkan bahwa pemeriksaan visum dilaksanakan setelah mendapat surat permintaan dari penyidik pukul 22.00 WIB. Pemeriksaan visum dilakukan pada luar jenazah karena orang tua AM menolak untuk autopsi.

“Kebetulan keluarganya menolak untuk dilakukan autopsi, sehingga permintaan visum adalah permintaan pemeriksaan luar jenazah. Pemeriksaan luar jenazah dilakukan pukul 22.00,” kata Nurul.

Terdapat beberapa luka di luar tubuh korban yang dapat terdeteksi oleh tim forensik. Kebanyakan luka yang ditemukan berada di tubuh bagian kanan sehingga diasumsikan bahwa distribusi luka terjadi di tubuh sebelah kanan.

“Lukanya itu ditemukan ada luka memar di daerah wajah. Kemudian ada luka lecet juga di daerah wajah sisi kanan. Kemudian ditemukan ada luka robek atau luka terbuka, yaitu di tungkai bawah kanan. Kemudian ada juga patah tulang tertutup itu di tungkai atas kanan dan juga tungkai bawah kanan. Jadi distribusi lukanya ada di sebelah kanan,” tutur Nurul.

Nurul juga menyebutkan bahwa distribusi luka tungkai yang ditemukan kemungkinan pola luka jatuh dari ketinggian.

“Berdasarkan luka yang kami temukan, distribusinya sisi sebelah kanan, berarti itulah yang mengenai pertama. Artinya yang mengenai lantai pertama kali, kemudian untuk distribusi luka, di mana lukanya yang dominan adalah di tunggkai kemungkinan itu pola luka jatuh dari ketinggian,” ucap Nurul.

Penyebab kematian tidak bisa dipastikan oleh pihak rumah sakit. Hal ini dikarenakan pihak keluarga menolak pelaksanaan autopsi. Luka yang ditemukan berasal dari pemeriksaan luar jenazah sehingga tidak dapat memastikan apakah ada luka lain di daerah vital yang menjadi penyebab kematian korban sebenarnya.

“Karena keluar darahnya dari hidung, telinganya, kemungkinan adanya patah tulang di daerah tulang tengkorak. Akan tetapi ketika ditemukannya luka terbuka, tentu itu baru asumsi (Penyebab kematian—red) karena pihak keluarga menolak untuk dilakukan autopsi,” pangkas Nurul.

Respons Civitas UPI

Pihak UPI sendiri telah memberikan respons belasungkawa mengenai kejadian ini yang diunggah melalui akun Instagram resmi UPI @upiofficial pada Sabtu (28/12) pagi.

“Kejadian yang menimpa almarhumah adalah musibah yang tak terduga dan tidak kita kehendaki. Semoga Allah SWT mengampuni segala kekhilafannya, menerima semua amal ibadahnya, dan memberikan tempat yang layak untuknya. Keluarga yang ditinggalkan semoga diberi kekuatan, kesabaran, dan keikhlasan untuk menerima takdir Allah tersebut,” tulis akun @upiofficial pada caption unggahan.

Dituliskan juga bahwa pihak UPI telah berupaya memastikan penanganan dilakukan secara transparan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku mencakup melakukan koordinasi selama penyelidikan, memberikan bantuan yang relevan kepada keluarga almarhumah, melakukan evaluasi sistem dan prosedur kampus, dan koordinasi untuk ditingkatkannya pelayanan pendampingan bagi mahasiswa.

Selain itu, civitas akademika UPI juga menggelar acara doa bersama dan tabur bunga di Gymnasium pada Jumat (27/12) sore dalam rangka mendoakan almarhumah dan sebagai aksi yang menunjukkan belasungkawa serta solidaritas. Banyak civitas akademika UPI hadir pada acara tersebut.

“Fenomena kemarin (Kamis-red) juga ini membuat akhirnya semua mahasiswa UPI merasa sedih,” tutur Farhan sebagai salah satu mahasiswa yang mengikuti kegiatan tersebut.[]

Redaktur: Dini Putri

Comments

comments