Prestasi ‘Khawatir’ Terjegal Biaya Tinggi

92

Bumi Siliwangi, isolapos.com-

Beberapa calon mahasiswa baru yang diterima melalui SNMPTN jalur Undangan, tengah menunggu giliran untuk registrasi akademik di gedung Balai Pertemuan Umum (BPU) UPI (31/5).

Bapak tua itu tengah menunggu sembari duduk bertopang dagu sendirian. Jaket yang setengah lusuh berwarna gading, dipakainya untuk menutupi kemeja yang juga agak lusuh. Matanya terlihat menerawang dalam seolah kebingungan, sesekali ia melihat ke pintu sebuah gedung didepannya. Nana namanya, ketika ditemui isolapos.com, di depan gedung Balai Pertemuan Umum (BPU) UPI, ia mengaku sedang campur aduk perasaannya pagi itu (31/5).

Hari itu memang hari yang menggembirakan sekaligus membingungkan bagi dirinya dan nasib anaknya. Kegembiraanya hari itu ialah anak yang dia banggakan, akhirnya diterima kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Jalur Undangan 2011. Tak tanggung, karena prestasi, anaknya diterima di Jurusan Ilmu Komputer UPI yang menjadi salah satu Program Studi favorit di kampus pendidikan ini.

Namun kegembiraannya sedikit pudar dengan kebingungan dia kala itu. Dia tengah membingunkan akan biaya masuk UPI SNMPTN Jalur Undangan, yang hampir sebesar 11 juta. “Dengan uang segitu banyak, kemana saya harus cari,” keluhnya dengan suara pelan sembari menunduk.

Biaya masuk yang harus ditanggung untuk mengantar anaknya ke bangku kuliah di kampus pencetak guru ini persisnya Rp.10.800.000. Bagi bapak yang sehari-hari hanya bekerja sebagai buruh lepas, biaya sebesar itu dirasa berat dan tak tahu akan dia dapatkan dari mana. “Pendapatan saya nggak menentu, kalau ada kerjaan ya dapat upah, kalu tidak ya nggak punya duit,” ceritanya.

Dia juga mengungkapkan bahwa mungkin ia tak bisa membayarnya pada hari itu, karena dia benar-benar tak membawa uang. “Mungkin bulan depan, entah bulan depannya lagi, yang jelas nggak akan bisa sekarang, belum punya uang,” kata dia sambil mengusap muka.

Kebingungannya bertambah dengan tidak pastinya ketentuan tentang pelunasan biaya kuliah anaknya itu. Kali itu dia benar-benar berharap keringanan dari pihak universitas agar bangku kuliah anaknya yang sudah didepan mata itu tak menjadi sekedar mimpi dia dan anaknya. “Semoga ada keringanan, setidaknya jangan bulan ini lah, saya mau cari pengasilan lain lagi,” kata dia.

Perasaan itu tak hanya dirasakan Nana, banyak orang tua calon mahasiswa yang merasakah hal serupa. Salah satunya Ajin Pidi, bapak dari calon mahasiswa UPI yang juga diterima melalui SNMPTN jalur undangan. Dia yang sehari-hari bekerja sebagai Guru Sekolah Dasar, menceritakan bahwa anaknya diterima di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI.

Bapak yang berangkat sejak jam sebelas malam dari rumahnya di Cirebon kemarin, mengaku keberatan dengan biaya sebesar itu. Demi menguliahkan anaknya, dia harus meminjam uang dari sana sini untuk memenuhi biaya registrasi yang harus dibayarnya hari itu. “Ya demi anak kuliah lah, mau gimana lagi” katanya pasrah.

Tingginya biaya masuk universitas berjargon pendidikan ini jelas berat bagi beberapa orang tua calon mahasiswa tadi. Yang merasakan langsung adalah bagi mereka yang memiliki kondisi ekonomi menengah kebawah, seperti halnya Ajin, meski dia merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan IVa, namun dia tetap merasakan keberatan itu, karena biaya masuk hampir setara dengan gajinya selama 3 bulan. “Ya, tetap terasa berat maski PNS juga,” kata Ajin sedikit tersenyum.

Terkait dengan kenyataan itu, teringat pada pernyataan Pembantu Rektor bidang kemahasiswaan dan kemitraan Dadang Sunendar. Ketika audiensi di ruang rapat gedung Isola bersama mahasiswa pada 5 Mei 2011 lalu, menyoal tentang kenaikan biaya masuk ke UPI, dia pernah menyatakan pernyataan yang kontroversial didepan mahasiswa.”Ya, semoga yang masuk ke UPI bukan dari golongan ekonomi menengah ke bawah,” ucap Dadang yang kala itu didengar para mahasiswa.

Menanggulangi hal itu, agar mahasiswa yang berkemampuan ekonomi menengah kebawah tetap dapat merasakan bangku kuliah, Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa (BEM REMA) UPI telah menyediakan stand Advokasi Center di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Stand ini menampung dan memberi solusi bagi calon mahasiswa yang belum mampu membayar dan menyelesaikan biaya registrasi. “Kami sudah berkomunikasi dengan pihak rektorat, bagi mereka (yang belum mampu-red) tinggal ke stand Advokasi Centre saja, semua akan ditampung dan akan kami ajukan untuk diringankan,” ujar Ali Mahfudz, Presiden BEM REMA UPI.

Kata Ali, Advokasi Centre BEM REMA tengah mendata calon mahasiswa yang belum mampu membayar, mereka juga tengah menghubungi himpunan-himpunan agar semua calon mahasiswa yang belum bisa membayar biaya administrasi bisa dibantu. “Jika mampunya sejuta ya bayar seadanya, kalu tidak ya kenapa harus dipaksakan?,” ujar Ali.

Sampai Berita ini diturunkan, pengarahan para calon mahasiswa yang diterima di kampus pendidikan melalui SNMPTN jalur undangan masih dilangsungkan. Agendanya, setelah usai pengarahan, para calon mahasiswa harus menyelesaikan biaya administrasi di gedung BPU dan Direktorat Akademik hingga 1 Juni besok. [Isman R Yoezron]

Comments

comments