Siswa: Pendidikan Formal Adalah Alasan Cita-cita Saya Dibunuh
Oleh : Syawahidul Haq
Bumi Siliwangi, isolapos.com-
“Pendidikan formal adalah alasan cita-cita saya dibunuh,” ujar Aria, salah satu perwakilan siswa SMA Labschool UPI ketika dijumpai tim isolapos.com usai Bincang Isola ‘Kreatif dan Solutif di Pendidikan Alternatif’ yang dihelat di Teater Terbuka Museum Pendidikan Nasional UPI, Jumat (29/4) malam.
Sekolah formal –sekolah yang mengikuti kurikulum nasional, menurut Aria, sangatlah kaku dan membosankan. Hal itu disebabkan ketika di sekolah formal, baik orang tua, guru, maupun siswa selalu mengagungkan nilai, “Orang tua saya, guru saya juga suka bilang, ‘hey kamu kenapa kejar cita-cita kamu? Kenapa kamu nilainya gak naik? Harusnya nilai kamu tinggi’ lah apa salahnya kan mengejar cita-cita saya?” katanya.
Aria yang bercita-cita menjadi seorang pengusaha dibidang entertainment menegaskan, nilai yang diberikan oleh sekolah memang dibutuhkan. Namun menurutnya, hal tersebut menjadi suatu kesalahan di negeri ini. Pasalnya, paradigma masyarakat dewasa ini menganggap nilai tinggi adalah suatu kebutuhan bertahan hidup tanpa memikirkan kemampuan siswa yang mumpuni demi menghadapi masa setelah sekolah.
“Toh nanti ketika saya kerja, yang saya pakai adalah skill-skill saya, bukan nilai-nilai saya,” ungkapnya.
Padahal sekolah itu, menurutnya, tak melulu menekan siswa untuk mengejar nilai tinggi. Namun sekolah seharusnya dapat memberikan materi-materi yang dibutuhkan siswa, bukan memberi materi yang pada akhirnya tidak dapat terpakai. Sehingga mereka akan fokus mendalami apa yang mereka sukai.
Menanggapi hal tersebut, Ginanjar alumni UPM sekaligus peserta diskusi mengatakan, pendidikan formal sejatinya tidak dapat dipinggirkan. Karena ada berjuta anak-anak yang menggantungkan nasibnya pada pendidikan formal. “Kita seringkali berteriak di sosial media bahwa pendidikan formal itu membosankan. Namun belum ada aksi, harus ada gerakan masyarakat mengubah itu,” tandasnya. []