Tak Kunjung Memberi Kepastian, Mahasiswa UPI Tak Henti Beraksi
Oleh: Rio Tirtayasa
Bumi Siliwangi, isolapos.com— “Innalillahi Wa’ Innalillahi Rojiun, telah meninggalnya kesadaran para birokrat ketika mereka melakukan kebijakan di UPI.” Begitulah yang dikatakan Tyas Aziz Arifin ditengah orasinya dalam kegiatan Mimbar Bebas, Jum’at (7/4) di depan gedung FIP UPI.
Tyas mengaku sangat kecewa dengan konsolidasi Rabu (5/4) lalu, karena tak kunjung menghasilkan kepastian dari pihak birokrat. Hal tersebut memacu kegiatan ini berlangsung untuk mengajak civitas akademika UPI turut bergabung melakukan pencerdasan isu kampus.
Menurutnya, surat edaran parkir berbayar yang dikeluarkan bersifat cacat dan bukan sebuah bentuk solusi. “Ketika ingin menertibkan parkiran dari masyarakat luar yang bukan mahasiswa UPI, caranya bukan parkir berbayar. Ketika caranya seperti itu, berarti UPI melegalkan parkir bagi masyarakat luar asalkan bayar.”
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa akses keluar-masuk kampus yang dibatasi ini terkesan ingin menindas mahasiswa dan mematikan gerakan mahasiswa. “Ketika kita tidak bisa mengakses 24 jam itu adalah sebuah bentuk awal dari menghilangkan kekritisan mahasiswa. Karena mahasiswa itu diskusinya malam, dari pagi sampai sore itu digunakan untuk kuliah,” tambah Tyas.
Fikri Zainur, mahasiswa FPBS yang turut bergabung pada kegiatan ini jelas kontra terhadap kebijakan kampus. “Sejak konsolidasi hari Rabu, UPI sudah meninggal hati nuraninya. Dengan tegas saya menolak parkir berbayar!”
Mimbar Bebas ini digelar oleh Aliansi Mahasiswa UPI dengan menelusuri setiap gedung fakultas di UPI, dimulai dari gedung FPBS dan selesai di gedung FPTK. Selanjutnya, mereka akan terus menunggu kepastian terkait tiga tuntutan sistem parkir berbayar. Jika belum ada kepastian dari pihak birokrat, mereka akan terus mengumpulkan masa untuk mengadakan aksi pada Senin (10/4) mendatang.[]
Redaktur: Prita K. Pribadi