Selamat Hari Guru
Oleh: Estu Supriyadi*
*) Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa
Itulah lirik dari hymne guru karya cipta Sartono, singkat namun penuh makna bahkan mungkin saja untuk sebuah profesi hanya guru yang memiliki hymne sehingga memang dapat ditafsirkan bahwa hanya gurulah profesi yang sangat berjasa untuk semua orang di muka bumi ini khususnya dalam dunia pendidikan.
Guru “digugu jeung ditiru” mungkin itulah sebuah ungkapan dalam bahasa sunda untuk seorang guru betapa mulianya pekerjaan yang dilakukannya. Segala perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh seorang guru pada dasarnya menjadi suri tauladan untuk kemudian dicontoh para peserta didiknya. Guru bahkan tidak hanya sekedar profesi dia juga mengabdi untuk Negara, mengemban amanah yang sangat berat yang tertuang pada tujuan Negara Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam islam pun peran guru sangat mulia mereka yang akan membimbing semua murid-muridnya untuk mendekatkan diri pada Allah Swt dengan menyeru untuk selalu berbuat kebaikan dan beribadah kepada-Nya. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah, Malaikat-malaikat-Nya, penghuni langit dan penghuni bumi, hingga semut dalam lubangnya dan ikan dalam lautan, bersholawat (mendo’akan) para pendidik manusia kepada kebaikan” (Kitab Mukhtarul Hasan Wasshahiih). Dari sabda Rasulullah tersebut jelas Allah Swt meninggikan peran dan derajat seorang guru karena jasanya menuntut manusia untuk selalu berbuat kebaikan dan bahkan semua makhluk di seluruh alam semesta pun ikut mendoakan karena jasa besar yang telah dilakukan oleh seorang guru.
Namun apa yang sudah diberikan oleh seorang guru terhadap generasi muda di Indonesia seolah-olah tidak mendapatkan apresiasi terbaik dari pemerintah. Berbicara pengabdian tentu kita tidak perlu berpikir untuk itung-itungan namun berbicara hidup sejahtera seharusnya sebuah profesi bisa membuat seseorang yang menggelutinya dapat hidup sejahtera atau idealnya bisa menghidupi dirinya sendiri dan bahkan keluarganya. Tetapi apa yang terjadi dalam realita seorang guru di Indonesia saat ini khususnya guru yang masih honorer, banyak dari mereka yang belum mendapatkan apresiasi dan kehidupan yang layak. Mulai dari masalah gaji yang masih dibawah UMK atau telat turunnya gaji hingga berbulan-bulan lamanya. Kondisi seperti ini tentunya menjadi bukti bahwa profesi guru di Indonesia belum bisa menjadi pilihan terbaik untuk meniti karir jika apresiasiasi pemerintah belum bisa mengayomi seorang guru untuk mendapatkan kesejahteraan yang sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan untuk bangsa ini.
Petikan lagu Oemar Bakri dari Iwan Fals menggambarkan seorang guru yang sudah 40 tahun mengabdi dan banyak menciptakan menteri tapi gajinya seperti dikebiri hingga saat ini rupanya masih menjadi cerminan belum sejahteranya kehidupan seorang guru. Bahkan baru-baru ini dikutip dari Republika Online ribuan tenaga honorer yang tergabung dalam Forum Honorer Kabupaten Indramayu (FHKI) berunjuk rasa ke gedung DPRD dan Pendopo Kabupaten Indramayu, pada hari Senin 20 November 2017. Dalam aksinya, mereka menuntut surat keputusan (SK) pengangkatan menjadi honor daerah demi perbaikan nasib. Mereka menuntut gaji guru yang diterima sesuai dengan UMK namun upaya mereka masih saja terkendala dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang nyatanya hanya merugikan mereka.
Dari sekian kondisi pelik yang masih dialami hingga detik ini, seorang guru pantaslah berbangga hati karena hanya mereka profesi yang bisa mencetak tunas-tunas harapan bangsa untuk masa depan. Hanya mereka yang rela dibayar dengan upah minimum demi mendidik putra-putri Indonesia supaya menjadi generasi bangsa yang terbaik untuk menggantikan peran dan melanjutkan estafeta para pendiri bangsa dan hanya mereka yang mau dan berani berkorban waktu, pikiran dan tenaga untuk tetap sabar dalam mendidik warga Negara Indonesia dari beberapa latar suku, agama, ras dan antar golongan yang berbeda-beda kemudian menyatukan persepsi diantara mereka dalam bingkai pendidikan untuk menciptakan warga Negara yang Nasionalis dan menjungjung tinggi Pancasila.
Wahai guru baktimu akan terus ku kenang sampai akhir hayatku, pengorbananmu tak mengenal waktu dan perjuanganmu akan terus menggema dalam sanubariku. Selamat Hari Guru untuk semua guru yang berjasa mencerdaskan kehidupan bangsa hingga sampai detik ini Indonesia masih tetap ada.[]
Tulisan ini sepenuhnya tanggungjawab penulis yang bersangkutan.