Menilik Sejarah Pers di Bandung

208

Oleh: Nabil Haqqillah

Judul               : Jejak Pers di Bandung

Penulis             : Indra Prayana

Penerbit           : Bandong

Tahun terbit    : 2021

Tebal               : 201 halaman

“Surat kabar merupakan salah satu yang mendokumentasikan berbagai peristiwa dalam setiap lembar-perlembarnya.”

Indra Prayana

Pers dan Bandung merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan. Dari dulu hingga sekarang, banyak surat kabar dan majalah lahir di kota yang mendapat julukan Kota Kembang ini. Bahkan, di kota inilah Tirto Adhiesoerjo yang didaulat sebagai Bapak Pers Nasional mendirikan surat kabar nasional pertama yaitu Medan Prijaji.

Sejarah panjang perkembangan pers di Bandung dapat kita temui dalam buku Jejak Pers di Bandung yang ditulis oleh Indra Prayana. Melalui bukunya ini, kita dapat menjumpai banyak nama surat kabar hingga majalah yang pernah terbit di Bandung lengkap dengan alamat redaksinya.

Seakan tak senang banyak berbasa-basi, Indra Prayana langsung menyajikan hidangan pembuka pada buku ini dengan pembahasan mengenai Medan Prijaji, surat kabar nasional pertama yang dirintis oleh R.M. Tirto Adhiesoerjo di Bandung. Mengusung tagline “Orgaan boeat bangsa jang terperintah di Hindia Belanda”, Medan Prijaji hadir dengan membawa suara-suara kaum pribumi yang terpinggirkan dan tertindas pada masa pemerintahan Hindia Belanda saat itu.

Munculnya Medan Prijaji menjadi penyulut kelahiran berbagai surat kabar milik pribumi, seperti Matahari dan Soerapati yang berhaluan kiri dan konsisten menjadi corong resmi kelompok komunis. Dalam pergerakannya, surat kabar Matahari menerbitkan tulisan menggunakan bahasa Melayu, sedangkan Soerapati menggunakan bahasa Sunda. Ini menjadi bukti bahwa penulis tidak segan untuk mencantumkan surat kabar yang berbahasa selain Indonesia, terutama bahasa Sunda yang menjadi bahasa daerah di Bandung, seperti surat kabar Sipatahoenan, dan Pasoendan.

Satu fakta unik yang diceritakan dalam buku ini yaitu betapa uniknya surat kabar Matahari yang di dalam susunan redaksinya terdapat jabatan Spion. Sayangnya penulis tak menjelaskan apa maksud dari jabatan Spion ini. Entah jabatan intel yang mencari informasi ke berbagai sudut di pemerintahan, menjadi penyambung lidah rakyat yang menderita, atau hanya sebatas melihat kinerja staf layaknya spion mobil yang digunakan untuk melihat keadaan di samping dan belakangnya.

Selanjutnya, buku ini juga membahas bahwa di Bandung, Soekarno pernah menjadi wartawan yang memiliki peran penting dalam dunia pers. Salah satu kiprahnya di dunia pers yaitu beliau pernah memimpin dan menerbitkan tiga surat kabar di Bandung, di antaranya Soeloeh Indonesia Moeda, Persatoean Indonesia, dan Fikiran Ra’jat. Ketiga surat kabar tersebut menjadi media bagi Soekarno untuk menyebarkan suara-suara kaum nasionalis di Bandung dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Buku dengan tebal 201 halaman ini tidak hanya membahas dinamika pers di Bandung pada era Hindia Belanda, tetapi juga di zaman-zaman setelahnya hingga masa reformasi, termasuk kiprah aktivitas pers mahasiswa pada masa orde baru hingga reformasi. Contohnya saja di dalam buku ini dibahas surat kabar yang muncul pada masa pendudukan Jepang seperti surat kabar Tjahaja. Pada awal kemerdekaan, Tjahaja dinasionalisasi dan berganti nama menjadi Soeara Merdeka.

Dalam buku ini dicantumkan juga beberapa dokumentasi surat-surat kabar yang membuat pembaca dapat lebih mudah mengenali dan memahami bagaimana produk-produk jurnalistik di masa lalu terbit. Menurut saya, dengan adanya buku ini, menjadi sebuah pengingat untuk mulai mengarsipkan dengan baik surat kabar, tabloid, majalah, dan sebagainya agar terarsip dengan baik, terutama bagi orang-orang yang bergerak di dunia pers.

Buku ini dapat menjadi bacaan yang tepat bagi semua kalangan, terutama bagi mereka yang memiliki minat dalam sejarah, mereka yang terjun secara langsung maupun tidak di dunia pers, atau juga orang-orang yang berminat mengenali bagaimana pers memberikan dampak begitu besar dalam perjalanan pergerakan bangsa Indonesia.

Comments

comments

You might also like