ICSED 2024: Mengenalkan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Anak Berkebutuhan Khusus

25

Oleh: Chika Jasmine

Program Studi Pendidikan Khusus (PKh) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bekerja sama dengan Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) telah mengadakan International Conference on Special Education and Diversity (ICSED) 2024. Acara tersebut mengangkat tema mengenai pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS) bagi anak-anak berkebutuhan khusus. ICSED 2024 telah diadakan selama 2 hari sejak Rabu (06/11) hingga Kamis (07/11) secara hybrid.

Tema yang diusung untuk kegiatan ini yaitu Promoting Inclusivity in Sexual and Reproductive Health Education for Children with Special Needs. Tema tersebut berfokus pada ruang lingkup integrasi pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS) dalam kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus. Tujuan kegiatan ini untuk mempromosikan isu PKRS kepada masyarakat.

“Sebenernya kan international conference pertama, ya, sebenernya. Jadi, pertama dan kita ngomongin tentang disabilitas. Kita ngomongin tentang seksualitas, gitu, ya, digabungkan secara bersamaan. Jadi, kita memang tujuannya memang untuk promoting dulu. Jadi, akhirnya orang aware, gitu, ya. sadar akan isu ini. Oh, isu ini diangkat loh. Isu ini dibicarakan loh. Oh isu ini sudah ada aksinya loh,” tutur Ana selaku ketua pelaksana ketika ditanya oleh tim Isolapos.

Agenda hari pertama kegiatan ini, yaitu temu regional. Kegiatan tersebut mempertemukan Ketua Program Studi Pendidikan Khusus (PKh) dari sebelas universitas yang ada di Indonesia. Kemudian, Kamis (07/11) merupakan acara puncak kegiatan ICSED 2024. Kegiatan diawali dengan pembukaan, sambutan-sambutan, serta pemaparan dari para pembicara.

Munawir Yusuf selaku Konsorsium Pendidikan Khusus membahas perkembangan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas (PKRS) bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah luar biasa (SLB). Kemudian, Budiyanto, profesor di bidang pendidikan inklusif, berbicara tentang pentingnya menyiapkan calon guru yang siap mengajarkan materi PKRS kepada siswa-siswanya. Selain itu, Praptono selaku Sekretaris Direktorat Jenderal pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan membahas mengenai arah peluang dan juga tantangan pelaksanaan kebijakan PKRS.

Acara dilanjutkan dengan pemaparan dari Direktur YGSI Ely Sawitri tentang urgensi PKRS bagi anak berkebutuhan khusus. Ia memaparkan bahwa sumber data terbaru mengenai apa yang terjadi pada anak-anak berkebutuhan khusus tidak terlalu banyak yang bisa secara spesifik menyampaikan kasus tentang kekerasan yang mereka alami.

“Nah disini, saya telah mencari data terbaru, gitu, ya. Karena ketika bicara tentang disabilitas juga anak berkebutuhan khusus, apa yang terjadi kepada mereka itu sumber datanya itu tidak terlalu banyak, gitu, ya. Yang memang secara spesifik gitu. Menyampaikan terkait dengan kasus kekerasan,” ucapnya dalam pemaparan.

Selanjutnya, Joana Lamptey, perwakilan Rutgers International, membahas praktik implementasi PKRS bagi disabilitas di Belanda. Terakhir, Endang Rochyadi memaparkan penelitian PKRS bagi anak berkebutuhan khusus. Endang bersama dengan dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UPI juga meresmikan pusat studi PKRS bagi disabilitas unggulan pertama di Indonesia.

Tidak sampai di situ, acara ini dimeriahkan juga dengan sesi sharing session dari guru-guru sekolah luar biasa yang turut hadir. Selain itu, ada juga presentation parallel session, yaitu pemaparan 52 hasil penelitian mahasiswa. Acara ini juga dilengkapi dengan stand-stand yang membahas pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Peserta kegiatan dapat berinteraksi langsung dengan stand-stand tersebut dan bermain dengan apa yang mereka sajikan.

Acara ini juga dilengkapi dengan stand-stand yang membahas pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Peserta kegiatan dapat berinteraksi langsung dengan stand-stand tersebut dan bermain dengan apa yang mereka sajikan.

Salah satu peserta yang hadir dalam acara ini, yaitu Nazwa Aprilia, teman tuli dari mahasiswa PKh UPI 2023 yang didampingi oleh juru bahasa isyaratnya Zikri Akbar, mahasiswa Seni Rupa UPI 2022. Nazwa dibantu oleh Zikri menuturkan bahwa ia bisa mendapat ilmu baru dan ia berharap teman-teman semua bisa sadar seperti apa kondisi teman-teman disabilitas.

“Senang, gitu, pertama. Terus dapet juga ilmu baru karena kan sebelumnya belum pernah ada acara yang serupa. Semoga bisa lebih berkembang untuk kedepannya. Juga buat temen-temen disabilitas, temen-temen semua itu bisa sadar seperti apa sih disabilitas itu,” ungkap Nazwa melalui Zikri.

Sejalan dengan itu, Zikri juga menuturkan bahwa acara ini sangat penting dan bermanfaat sekali dalam penyebaran informasi mengenai penanganan dan cara mengantisipasi kekerasan seksual bagi disabilitas. “Apalagi kan karena lingkupnya aku juga bersama temen-temen disabilitas juga dan ternyata acara-acara seperti ini tuh bermanfaat banget banget banget untuk kedepannya karena kita kan jadi lebih tau gitu penanganan kita terhadap temen-temen disabilitas itu seperti apa dan untuk, apa ya, cara kita antisipasinya. Seenggaknya kita kan bisa ngasih informasi ke mereka gitu, ” ujar Zikri.

Direktur YGSI berharap acara seperti ini dapat berlanjut setiap tahun dengan tema yang berbeda. Menurutnya, acara ini dapat menjadi tempat berbagi satu sama lain dan saling belajar mengenai isu-isu yang akan diangkat.

“Mungkin di tahun depan sudah ada universitas lain, dia memiliki pengalaman yang berbeda dan memberikan dampak yang berbeda bisa saling sharing di situ. Jadi, konferensi ini tuh jadi kayak ajang untuk saling berbagi dan belajar ya,” ungkap Ely. []

Redaktur: Amelia Wulandari

Comments

comments