Puisi: Balada Tangis Sasmita

105

Oleh Muhammad Hilman*

(1)
Apa yang membuatmu tersedu
Sasmita
Pada barisan keringat
Kau cuatkan kebencian
Padahal lautan air mata
Tak akan
Membuat tenggelam
Mungkin masa kanakmu
adalah daging busuk
Yang memenjarakan dalam keramaian
Ditoko toko, dimal mal
kau robek robek layar usia
Sampai benar lupa
Bagaimana caranya mengaduh

(2)
Sasmita
Kerinduanmu
Kerinduan kita adalah candu
Yang mengantarkan untuk bermimpi
Setelah itu
Dihanyutkan kembali mimpi itu
Oleh kenyataan yang memilukan
Lalu
Apa lagi
Yang kau elu elukan sasmita
yang pergi bukanlah  rizki
Dan mengapa
kau masih menggosok gosok dadamu
padahal kau sudah mati rasa

 

(3)
Sasmita
Kini matahari
enggan terbit di kelopak matamu
Sementara
Malam selalu menggurui kita
Untuk bergumul di udara yang lembab
Di punggung bumi
Maka, di tanah mana lagi kau akan bersinggah?
Di satu waktu
Kau korek perut bumi
Mencari air mata yang
Kau tanam di samping kubur istrimu
Karena musim kemarin
Tak ada yang boleh menangis

(4)
Dongeng sasmita
Semilir angin mengantarkan
Bau jenazah kepinggir jalan
ditangan kanannya
Aku mencium bau cinta
Yang tak sempat dilemparkan
Pada truk sampah
Pagi tadi.

Bandung, 2010

*Mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010.

Comments

comments