Gadis Kretek
Pengarang : Ratih Kumala
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal halaman : 275 hlm
Tahun terbit : Maret 2011
Seorang Gadis keretek, Jeng Yah tiba-tiba dicari oleh Soeraja, seorang pemilik Kretek Djagad Raja yang sedang sekarat menunggu ajalnya. Soeraja yang tak berdaya dalam menghadapi sakitnya pun hanya bisa memanggil nama Jeng Yah dalam igauannya. Igauan Soeraja dalam mimpinya membuat sang istri, Purwanti cemburu mendengar suaminya memanggil-manggil nama wanita lain.
Suatu hari Soeraja meminta kepada anak bungsunya, Lebas untuk mencarikan wanita yang ingin ditemuinya, Jeng Yah di kota Kudus. Kudus merupakan tempat lahirnya Kretek Djagad Raja dan merupakan tempat dimana Jeng Yah tinggal. Tak tega melihat sang ayah yang hanya bisa terbaring diatas kasur pun membuat Lebas akhirnya memutuskan untuk mencari Jeng Yah.
Tanpa berbekal alamat dan tujuan yang pasti, Lebas pergi menuju kota Kudus. Ditengah perjalanan Lebas pun akhirnya ditemani oleh kedua kakaknya, Tegar dan Karim. Meski dalam perjalanan selalu ada pertengkaran antara Lebas dan Tegar, namun akhirnya mereka berhasil menemukan alamat si gadis kretek yang ingin ditemui sekali oleh sang ayah.
Sesampainya di rumah Jeng Yah, mereka disambut oleh seorang gadis cantik bernama Arum dan perempuan paruh baya bernama Rukayah. Rukayah adalah adik satu-satunya Jeng Yah. Rukayah menceritakan Soeraja dan Jeng Yah yang pernah menjalin kisah kasih. Pertemuan awal mereka terjadi di sebuah tempat pasar malam. Saat itu, Jeng Yah yang merupakan bos Gadis Kretek membuka stand disana, dan Soeraja sering membantunya untuk mendirikan stand Gadis Kretek. Hingga akhirnya Jeng Yah pun terpikat oleh pesona Soeraja dan memutuskan untuk memperkerjakan Soeraja di pabriknya.
Merasa dianggap sebagai benalu oleh para pekerja di pabrik Gadis Kretek, Soeraja pun memutuskan untuk memiliki usaha kretek sendiri. Usahanya pun berbuah manis hingga akhirnya ia mampu meyakinkan Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk menanam modal pada kreteknya, Arit Merah. Namun, kesuksesan Soeraja hanya bertahan seumur jagung. Saat itu pemerintah sedang gencar-gencarnya memberangus dan membunuh orang-orang PKI dan siapa saja yang berhubungan dengan PKI. Desa Jeng Yah ikut menjadi sasaran pemerintah untuk menyapu bersih PKI.
Merasa dirinya dalam bahaya, Soeraja pun menyelamatkan diri sendiri. Padahal saat itu Jeng Yah dan bapaknya, Idroes Maulana ditangkap oleh polisi karena tercium memiliki hubungan dengan Soeraja. Soeraja yang tidak bisa berbuat apa-apa pun mencari tempat persembunyian yang aman untuk dirinya. Ia pun bersembunyi di sebuah gudang. Ternyata disana ada sebuah keluarga bernama Soejagad yang ikut bersembunyi agar terbebas dari penangkapan pemerintah. Setelah pertemuan di gudang itu, Soeraja diajak oleh Soejagad untuk membuat sebuah pabrik kretek bersama. Soeraja pun menerima tawaran tersebut dengan senang hati.
Seiring kabar tentang pemberangusan PKI mulai redup, Soeraja pun mengirimkan sebuah surat untuk mengabarkan dirinya kepada Jeng Yah bahwa ia baik-baik saja. Tak lupa ia memberi kabar gembira soal dirinya yang telah kembali memiliki usaha kretek “Djagad Raja” berdua dengan Soejagad. Dalam suratnya tersebut ia menyelipkan kretek “Djagad Raja” buatannya. Namun, Soeraja telah memutuskan untuk menikah dengan wanita lain, yang tak lain anak dari keluarga Soejagad bernama Purwanti. Jeng Yah yang merasa dikhianati dan merasa sakit hati atas keputusan Soeraja.
Langkah kakinya yang disertai sulutan amarah mengantarkan Jeng Yah pada pesta pernikahan Soeraja dan Purwanti. Dengan sigat Jeng Yah memukul kening Soeraja dengan semprong petromaks saat pernikahan keduanya tengah berlangsung. Setelah itu, Jeng Yah pulang dengan kemenangan memenuhi dadanya. Tindakan diluar dugaan yang dilakukan oleh Jeng Yah tersebut dilakukan semata-mata karena Soeraja telah mencuri formula khusus Gadis Kretek yang dulu pernah ia ketahui dan menerapkan resep tersebut pada Djagad Raja.
Saat Lebas menanyakan dimana Jeng Yah, Rukayah mengatakan bahwa Jeng Yah telah lama meninggal sesaat setelah melahirkan anaknya, Arum. Pencarian Lebas dan kedua kakaknya, akhirnya tidak berbuah hasil. Tak lama setelah itu, ibu mereka mengabarkan bahwa Soeraja tengah sekarat dan ketika mereka sampai di rumah, Soeraja tengah mengembuskan nafas terkahirnya.
Ketiganya mulai berpikir dan menyadari, ternyata selama ini mereka hidup dari hasil pencurian formula khusus “Gadis Kretek”. Kekayaan tersebut, tak tanggung-tanggung membuat mereka bisa kaya tujuh turunan. Akhirnya, ketiga anak Soeraja itu pun sepakat untuk membeli formula khusus “Gadis Kretek” yang sempat dicuri oleh ayah mereka.
Sebuah novel yang berlatar belakang sejarah perkretekan di Indonesia ini memberi sebuah warna baru dalam dunia sastra. Alur ceritanya yang dibuat campuran membuat pembaca menebak-nebak jalan cerita selanjutnya. Novel ini pun memberikan sebuah pesan yang sangat berharga di dalamnya. Persaingan, perjuangan hidup, dan percintaan dibalut dalam lembar-lembar sejarah yang sangat melekat dan bermanfaat bagi kehidupan di sekitar kita. Selamat membaca sensasi kisah perjalanan tangan-tangan dingin pembuat kretek !