Mawar di Tiang Gantungan
“Mengapa tidak ada yang mempercayaiku? Apa karena aku buta? Inikah yang kalian sebut kebenaran?” ucap seorang nenek di tengah panggung dengan suara lantang.
Kata-kata tersebut muncul usai Nenek (Siti Nurhijriyanti) mengungkapkan kepada hakim (Nurika) tentang apa yang dilihatnya di malam ketika pembunuhan terjadi. Kenyataan bahwa si nenek tidak dapat melihat, membuat para pengadil terlihat mengkerutkan dahinya tanda tidak mempercayai kesaksiannya.
Kasus dugaan pembunuhan ini melibatkan Mawar (Yonanda Virgania Putri), seorang gadis berparas cantik yang memilih jalan hidup sebagai seorang pelacur. Mawar dituduh membunuh seorang petugas yang berusaha untuk menangkapnya.
“Aku bukan pembunuh!” teriak Mawar di tengah ruang sidang. Teman-temannya yang berprofesi sama sepertinya, membela Mawar yang menurut mereka bukan pembunuh. Namun, petugas lain yang turut andil dalam kasus ini datang memberi kesaksian yang tentunya semakin memberatkan Mawar.
Meski si Nenek Buta terus berusaha menjelaskan apa yang dilihatnya, tidak ada seorang pun yang mempercayainya. “Kuceritakan apa yang kusaksikan. Tapi kalian mengatakan aku dusta, karena aku buta. Aku memang tak punya mata, namun berapa kali mesti kukatakan, aku bisa melihat segala yang tidak mampu kau pandang dengan sepasang matamu,” ujar Nenek.
Pada akhirnya, Mawar tetap mendapat hukuman gantung seperti yang diajukan jaksa. Tapi, keanehan terjadi di malam setelah Mawar menemui ajalnya. Mayatnya menghilang!. Nenek Buta mengatakan, bahwa dia melihat seorang pria berjubah putih datang membawa mayat Mawar dan pergi menghilang.
Penampilan para pelakon mengundang decak kagum penonton. Auditorium lantai 4 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni penuh sesak dan bergemuruh oleh suara penonton seiring dengan berakhirnya cerita.
Disutradarai oleh Tono Viono, Mawar di Tiang Gantungan diadaptasi dari cerpen terbaik karya Agus Noor. Pagelaran sastra ini merupakan salah satu rangkaian dari pagelaran yang digelar Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sejak Senin (7/5) lalu. [Citra Amalia & Rina Herminah]