Bumi Dalam Komposisi Tari

64

 

Adegan tari Kidung Watu Bumi yang diselenggarakan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari A angkatan 2010 di Gedung Kebudayaan UPI, Senin (11/6)

Bumi Siliwangi, isolapos.com-

“Bumi tak hanya lagi berdiam diri, tetapi akan mengungkapkan dirinya sendiri dengan lantunan kidung-kidung, bagaimana isi mengungkapkan perasaan hati”

Penari memasuki panggung satu persatu dengan gerakan gemulai. Dibalut busana kuning keemasan dengan daun kering menghias di kepala, penari-penari itu mematung. Disusul dua penari laki-laki yang berkidung penuh keprihatinan pada keadaan bumi yang semakin dipenuhi sampah.

Gedung Kebudayaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) disulap menjadi panggung dengan nuansa alam. Deretan tiang bambu dan pohon ranggas menjadi simbolisasi bumi yang makin global. Berangkat dari keprihatinan akan perubahan bumi dan setiap elemen-elemennya itulah, mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari A angkatan 2010 mengadakan sebuah komposisi tari bertemakan alam, Senin (11/5).

Mengusung judul Kidung Watu Bumi, komposisi tari dibawah bimbingan Yoyoh Siti Mariah dan Ayo Sunaryo ini menampilkan perpaduan gerak-gerak ritmis yang menyerukan suara hati bumi. Dengan iringan musik Asambel Asmara Amba gerakan-gerakan tubuh penari meliuk-liuk anggun memukau penonton.

Penonton semakin menikmati komposisi tari yang disuguhkan saat penari laki-laki muncul dengan gerakan energiknya sebagai simbolisasi gerakan perlawanan terhadap pembabatan hutan. Kemudian penari wanita membawa potongan-potongan kayu dengan gerakan-gerakan harmonisnya yang menggambarkan kepedihan

Pergeleran berdurasi satu setengah jam ini ditutup dengan bertemunya gerakan tubuh seluruh penari di atas panggung. Mereka membawa kantong berisi daun-daun kering yang ditaburkan sebagai simbolisasi sampah. Kidung-kidung kepedihan kembali didengungkan. Bumi menjadi lautan sampah.“Deudeut teuing alam kuring”.

Suara riuh penonton mengantar berakhirnya pergelaran Kidung Watu Bumi ini. [Ratih Ika Wijayanti]

Comments

comments