Kisah Sepotong Ingatan yang Hilang

83

Judul : Potrait in Sephia

Penulis : Isabel Allende

Penerjemah : Ronny Agustinus

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Jumlah halaman : 406 Halaman

Tahunterbit : Cetakan ke- 1, Februari 2012

 

 

 

Aku tinggal di antara nuansa-nuansa semu, misteri-misteri terselubung, ketidakpastian; warna untuk mengisahkan kehidupanku lebih dekat dengan potret warna sepia – Isabel Allende

Aurora del Valle, gadis turunan bangsawan, hidup berkecukupan, baik hidup maupun cinta dari orang-orang disekelilingnya. Namun siapa sangka, Ia selalu terganggu oleh mimpi buruk yang selalu sama. Ia memiliki trauma berat akan masa lalunya yang membuatnya lupa akan kejadian yang terjadi hingga dia berumur 5 tahun.

Latar kisah terjadi di Cili, abad kesembilan belas, saat perang Cili sedang berkecamuk. Aurora tumbuh semakin dewasa bersama kamera tua pemberian ayahnya secara hukum, Savero del valle. Kamera itu lah yang akan membawanya berbulan-bulan dalam tujuan menggali ingatan masa lalunya satu persatu.

Paulina del Valle, nenek tercintanya yang ambisius dan kaya raya, sangat ia ingat karena membesarkannya setelah ia berumur 5 tahun. Ia denggan memberi tahu mengenai asal-usulnya dan nama Lai Mingyang ternyata merupakan nama pemberian seseorang yang selalu terdengar dalam mimpinya.

Kisah cintanya pun tidak berjalan semulus harta warisannya yang ia dapatkan. Seiring berjalannya waktu, Aurora mulai dapat menyingkap masa lalu nya yang begitu rumit dan kompleks, mulai dari ayah biologisnya, hingga penyebab ingatannya menghilang di saat itu.

Novel ini dikemas menggunakan gaya bahasa yang mudah di mengerti namun alur cerita yang terlalu banyak maju dan mundur akan membuat pembaca kebingungan, terutama pada bagian-bagian awal cerita.

Kisah perang saat itu yang diceritakan dengan dramatis membuat permainan emosi begitu kentara. Namun misteri terakhir dan terbesar yang terkesan diulur-ulur untuk di singkap membuat itu terkesan biasa-biasa saja.

Nilai yang dapat di ambil dalam novel ini adalah bahwa ingatan itu abstrak. Bagaikan sebuah potret kehidupan, kita hanya akan melihat yang terang menderang, sebagian lagi akan meredup. Hidup akan selalu rumit, yang perlu kita lakukan adalah menghadapinya dan membenarkan lilitan-lilitannya.

Selamat membaca selamat berapresiasi!

Comments

comments