Mahasiswa UPI Kritisi Pemilihan Pejabat Baru

171

Oleh: Pathan Ismail dan Nurul Yunita

Bumi Siliwangi, isolapos.com

Husnudzon (berbaik sangka, –red) aja sih. Toh pada dasarnya sudah memberikan pelayanan terbaik,” ujar Essa S. Solli Nafsika, Ketua Senat Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ketika ditanya perihal pelayanan yang diberikan direktorat UPI. Essa juga menuturkan, beberapa hal memang belum memenuhi harapannya. “Beberapa poin ada yang belum nyantel di hati,” lanjutnya saat ditemui isolapos.com, Senin (27/6).

Beberapa hal yang menjadi harapan Essa, mewakili mahasiswa FPSD yaitu kebijakan jam malam. “Jam malam di UPI itu menghambat,” tuturnya. Lebih lanjut ia memaparkan, biasanya menjelang akhir semester dari mahasiswa seni tari dan seni musik harus menggelar pementasan ataupun pagelaran. “Nah, mereka itu latihan malam malah sampai ada yang jam 3 subuh,” jelas mahasiswa Seni Rupa 2012 itu.

“Karena kan mahasiswa seni itu dari pagi sampai sore kuliah, tapi dari malam ke pagi kita itu berkarya!” Begitulah ungkapkannya mengenai akses mobilitas akibat dari kebijakan jam malam yang dianggap cukup menghambat kegiatan. “Memang sih banyak pertimbangan kenapa beliau memberikan peraturan seperti itu, keamanan juga. Tapi perlu dipertimbangkan juga,” pungkasnya.

Hal lain yang diharapkan Essa, perihal pembiayaan pagelaran ke luar negeri ataupun tour yang sering dilakukan oleh mahasiswa FPSD, khususnya seni musik dan seni tari. Pasalnya, menurut Essa, di universitas lain terdapat pembiayaan pagelaran ke luar negeri yang dibiayai penuh oleh pihak universitasnya. “Universitas lain, itu pure dibiayai universitasnya, kan mahasiswa, tujuannya mencari ilmu,” keluh Essa. Di UPI sendiri, belum ada kebijakan pembiayaan secara penuh seperti itu. “Terakhir ada anak seni tari yang ke Eropa, yang saya lihat anak yang keluar negeri itu memberikan ongkos juga,” jelas Essa.

Sebagai mahasiswa FPSD, ia mengkritisi perihal fasilitas di UPI. Mahasiswa FPSD, biasanya sering menggunakan gedung di UPI untuk pementasan ataupun pagelaran. Amphiteater salah satunya. “Pengennya sih gratis. Tapi kalau pun ada pembiayaan, seharusnya ada juga feedback-nya,” tutur Essa. Ia melanjutkan, “Harusnya, kalau ada peningkatan dari segi dana, fasilitas pun ditingkatkan!”

Senada dengan Essa, Ramdan Muhammad Yusuf Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (BEM KEMA FPOK) menggungkapkan harapannya mengenai direktur direktorat yang baru. “Saya berharap ada pemimpin yang ideal, netral dan bisa mengayomi seluruh aspirasi mahasiswa UPI,” tuturnya. Adanya BEM fakultas pula menjadi hal yang disoroti oleh Ramdan. “BEM fakultas saya harap segera dilegalkan oleh universitas.”

Adapun Tyas Aziz Arifin, Ketua Badan Pengelola Organisasi (BPO) Senat Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) yang menyoroti hal serupa. Pihak kampus kurang memfasilitasi adanya BEM tingkat fakultas. “Bicara mendukung BEM fakultas, tapi tidak memberikan ruang BEM fakultas berkembang,” paparnya. Kedepannya, ia berharap pejabat di UPI yang baru, terutama direktorat kemahasiswaan dapat sepenuhnya pro terhadap mahasiswa. “Pro terhadap mahasiswa dan menilai se-objektif mungkin,” tutupnya.[]

Redaktur: Prita K. Pribadi

Comments

comments