Braga
Oleh Dedi Sahara
Di hitam trotoar seorang perempuan tua terkapar,
aroma plastik terbakar. Lalat-lalat bertikai
di jendela kaca restoran Korea, dua-tiga remaja
sempoyongan mengutuk cakrawala.
Di bangku-bangku berdebu, di tengah cahaya biru
turis-turis bergaun tipis meracau tentang kemarau,
pantai, atau barangkali Merapi yang terperangkap
dalam lukisan moi indie tergantung di pagar besi.
Wangi whiski dan sarah lovely berbaur di udara basah,
betapa kurindu tungkai kakimu yang lincah
dan periang seperti ilalang pagi, bergoyang-goyang
tanpa henti, merayu embun pertama musim semi.
Di antara gedung-gedung tua
secangkir kopi tanpa gula dan senja tak ada.
Aku teringat tatkala salju menggigil di rabuku
dan kau datang sebagai lagu,
kucium ujung jari manismu di bawah bulan mentega,
di pinggir tanah tandus—yang kini menjelma hotel
bintang lima—kau tersenyum manis seperti kurma
semoga kau mengingatnya, perempuan bianglala!
Dedi Sahara, lahir di Bandung 02 Desember 1992. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi bersama Nun (2015), Ritus Kesunyian (2015) dan media cetak. Mengasuh kolom esai di Meta Ruang (metaruang.co).