FIP UPI: Gedungku Sayang Gedungku Malang
Oleh: Yos Syafendro*
*) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) 2016
Bangun!
Begitu katanya kepada anaknya
Tapi, apakah ia sadar atau tidak saat mengatakan itu?
Ah,
Ternyata ia sadar
Ia sudah lama memikirkan untuk mengucapkan kata itu
Sampai akhirnya ia mengucapkannya
Dan mem-bangunkan anaknya
Hanya sekali ucap
Anaknya langsung bangun
Namun masih dalam keadaan kantuk
Dalam keadaan seperti itu ia meninggalkan anaknya
Tanpa mengucapkannya berulangkali
Lalu ia pergi ke kamar yang lain
Untuk membangunkan anaknya yang lain
Bangun!
Bangun!
Berulang kali ia katakan kepada anaknya yang ia bangunkan selanjutnya
Ah,
Anaknya seketika bangun dan berdiri tegap mendengar ucapan itu berulang kali
Dan langsung di dandani se-cantik mungkin
Laksana bidadari cantik yang turun dari langit
Lalu,
Bagaimana dengan anak pertama yang ia bangunkan?
Ah,
Sepertinya ia sudah lupa
Atau ia terlena dengan cantiknya anak kedua yang ia bangunkan?
Apa ia tidak ada niat untuk membangunkan anaknya ini lagi?
Oh, sepertinya
Sepertinya ia membiarkan sang anak ini tidur untuk selamanya
Karena mungkin si anak ini tidak begitu penting baginya
Tapi,
Apakah si anak ini anak tiri?
Atau mungkin karena si anak ini adalah anak yang paling tua?
Dan yang tua tidak begitu penting?
*) Puisi dibuat atas kesedihan penulis ketika mengetahui kalau gedung FIP UPI yang dibangun saat ini, yang lagi terbengkalai ini tidak pernah selesai. Padahal FIP terlebih dahulu dibangun daripada FPBS. Namun kenapa FPBS yang terlebih dahulu selesai?
Bandung, 01 April 2017