FIP UPI: Gedungku Sayang Gedungku Malang

640

Oleh: Yos Syafendro*

*) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) 2016

 

Bangun!

Begitu katanya kepada anaknya

Tapi, apakah ia sadar atau tidak saat mengatakan itu?

 

Ah,

Ternyata ia sadar

Ia sudah lama memikirkan untuk mengucapkan kata itu

Sampai akhirnya ia mengucapkannya

Dan mem-bangunkan anaknya

Hanya sekali ucap

Anaknya langsung bangun

Namun masih dalam keadaan kantuk

Dalam keadaan seperti itu ia meninggalkan anaknya

Tanpa mengucapkannya berulangkali

Lalu ia pergi ke kamar yang lain

Untuk membangunkan anaknya yang lain

Bangun!

Bangun!

Berulang kali ia katakan kepada anaknya yang ia bangunkan selanjutnya

 

Ah,

Anaknya seketika bangun dan berdiri tegap mendengar ucapan itu berulang kali

Dan langsung di dandani se-cantik mungkin

Laksana bidadari cantik yang turun dari langit

Lalu,

Bagaimana dengan anak pertama yang ia bangunkan?

 

Ah,

Sepertinya ia sudah lupa

Atau ia terlena dengan cantiknya anak kedua yang ia bangunkan?

Apa ia tidak ada niat untuk membangunkan anaknya ini lagi?

Oh, sepertinya

Sepertinya ia membiarkan sang anak ini tidur untuk selamanya

Karena mungkin si anak ini tidak begitu penting baginya

Tapi,

Apakah si anak ini anak tiri?

Atau mungkin karena si anak ini adalah anak yang paling tua?

Dan yang tua tidak begitu penting?

 

*) Puisi dibuat atas kesedihan penulis ketika mengetahui kalau gedung FIP UPI yang dibangun saat ini, yang lagi terbengkalai ini tidak pernah selesai. Padahal FIP terlebih dahulu dibangun daripada FPBS. Namun kenapa FPBS yang terlebih dahulu selesai?

Bandung, 01 April 2017

Comments

comments