Tongkang Mengancam Karimunjawa
Oleh: Muhamad Abdul Azis
Pagi itu di Pelabuhan Kartini Jepara matahari belum memancarkan panasnya, pelabuhan masih sepi pengunjung hanya hiruk pikuk nelayan yang sepulang melaut dan burung-burung berkicau di dahan-dahan pohon yang tergerak terseka angin laut yang datang.
Saya beserta rombongan akan menuju Karimunjawa untuk melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan Pendidikan Geografi UPI, saya memandangi lautan lepas namun Karimunjawa tidak terlihat diatas dermaga ini.
Karimunjawa merupakan salah satu nama salah gugusan pulau karang di tengah laut Jawa. Kemudian dijadikan nama kecamatan yang secara administratif berada di Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Dengan luas 7,2 km² terdiri atas 4 desa yaitu Karimunjawa, Kemujan, Parang dan Nyamuk. Karimunjawa bukan hanya nama pulau dan kecamatan, Karimunjawa pun menjadi nama dari Taman Nasional. Taman Nasional Karimunjawa yang memiliki luas 111.625 ha yang terdiri atas 22 gugusan pulau, dengan 98 % luasnya merupakan wilayah perairan.
Jarak antara Pelabuhan Kartini hingga Pelabuhan Karimunjawa adalah 86.6 km, dapat ditempuh dengan moda transportasi kapal cepat yang menghabiskan waktu selama 2 jam perjalanan.
Sesampainya di Karimunjawa, kejernihan air laut Jawa dan ikan-ikan yang berenang bebas dapat mengobati mual, hembusan angin yang menerpa dahan-dahan kelapa memberikan kesegaran dimeriahi debur ombak yang menerpa pantai pasir putih di Karimunjawa.
Empat hari kedepan akan menghabiskan waktu untuk melakukan observasi dan memenuhi instrumen penelitian, sekaligus membuyarkan penat kami yang menumpuk satu semester ini.
Setelah penat melakukan observasi dan wawancara kepada penduduk setempat, sore itu langit keemasan yang tergantung diatasnya awan-awan tebal menemani saya dan rekan-rekan yang sedang bersendagurau di Pelabuhan Karimunjawa.
Terlihat kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace melintas, sedikit kontras dengan birunya langit dan laut, kapal dengan warna hijau itu sedang melakukan kunjungan dan berhasil menyergap kapal tongkang batubara yang masuk tanpa izin ke kawasan Taman Nasional Karimunjawa.
Melansir laman mongabay.co.id, kapal tongkang biasanya bersandar di laut dangkal di wilayah konservasi ini untuk menghindari gelombang tinggi di laut Jawa. Hal ini menyebabkan kerusakan terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa,
Kerusakan ini akibat aktivitas kapal tongkang pengangkut batubara yang melakukan turun jangkar di wilayah konservasi, kerusakan ini sebenarnya diketahui oleh pihak Balai Taman Nasional Karimunjawa pada penyambutan rombongan KKL Pendidikan Geografi UPI dengan menyajikan data mengenai kerusakan ini di aula Kecamatan Karimunjawa. Namun mereka mengklaim kerusakan ini akibat dari pemanasan global.
Mengutip dari laporan Greenpeace mengenai kerusakan terumbu karang akibat aktivitas kapal tongkang tergolong cukup parah, “Jenis patahan karang yang paling banyak ditemukan adalah karang submassive dengan tingkat pertumbuhan yang tergolong lambat dan karang bercabang dengan pertumbuhan cepat, yaitu sekitar 3-5 cm per tahun”.
Padahal masyarakat yang tinggal dipulau Karimunjawa kebanyakan menjadi nelayan. Terumbu karang menjadi tempat bagi ikan-ikan untuk mencari makan dan berkembang, ditemukan banyak yang rusak. Hal ini dikeluhkan pemandu wisata mengenai kerusakan terumbu karang yang diakibatkan dari tongkang, sebab terumbu karang merupakan destinasi favorit bagi wisatawan.
Jika kerusakan ini tidak ditanggulangi serta masih maraknya pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan batubara. Kelestarian terumbu karang ini terancam sekaligus mengancam sumber kehidupan masyarakat Karimunjawa yang bergantung pada terumbu karang.[]