Mahasiswa Jawa Barat Gelar Aksi September Hitam
Oleh : Harven Kawatu
Bandung, Isolapos.com–Jumat (29/09), aliansi Mahasiswa Jawa Barat (MJB) berkumpul di depan halaman Gedung Sate, Kota Bandung untuk menggelar aksi yang bertajuk “September Hitam, Jawa Barat Lautan Suar”. Aksi ini digelar sebagai bentuk untuk memperingati “September Hitam” serta upaya menuntut penyelesaian berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang hingga kini belum terselesaikan.
Massa memulai aksi dengan berjalan dari sekitar lapangan Gasibu dengan membawa berbagai propaganda dan menyanyikan lagu “Buruh Tani”. Sekitar pukul 16.00, massa tiba di depan taman Gedung Sate.
Mahasiswa yang hadir untuk aksi berasal dari 21 universitas di Jawa Barat, salah satunya adalah dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Republik Mahasiswa (Rema) UPI, Hilal Syahbana, menjelaskan bahwa mahasiswa UPI yang turut menjadi massa pada aksi ini bukan hanya berasal dari perwakilan BEM Rema UPI saja, tetapi perwakilan dari beberapa Fakultas di UPI juga menghadiri aksi ini.
“Kalau yang dari UPI itu, jadi ada beberapa yang dari BEM Rema, ada juga temen-temen dari beberapa fakultas. Cuman, kita disini tidak mengatasnamakan fakultas juga gitu, jadi, intinya massa yang mau ikut aja” ujarnya saat ditemui di tempat aksi.
Terkait September Hitam, Hilal menjelaskan bahwa masalah HAM khususnya yang terjadi pada bulan September sudah ada sejak lama.
“Terkait masalah isu HAM lah ya, spesifiknya yang ada di September Hitam itu kan sebetulnya udah ada sejak lama. Aksi Kamisan udah berjalan berapa tahun, berapa ratus kamisan yang berjalan. Akan tetapi, pada akhirnya gitu, sampai titik sekarang itu, isu September Hitam ini bukannya selesai, tapi malah bertambah” jelasnya.
Berbagai kasus pelanggaran HAM yang tak pernah selesai bahkan justru bertambah membuat Hilal merasa miris. Aspirasi yang terus disampaikan melalui berbagai aksi seperti aksi kamisan, pada akhirnya tetap tidak didengar.
Berangkat dari hal tersebut, Hilal menjelaskan, bahwa pada aksi kali ini, mahasiswa Jawa Barat juga meminta kepada Penanggung Jawab (PJ) Gubernur Jawa Barat (Jabar) sekarang, yaitu Bey Machmudin untuk membuat pakta integritas sebagai bentuk komitmen selaku PJ Gubernur Jabar. Adanya pakta integritas juga berfungsi sebagai pengikat apabila nantinya pakta integritas tersebut tidak dituruti di kemudian hari.
“Ketika tuntutan atau pakta integritas tidak dituruti, kita bisa menuntut kedepannya karna PJ Gubernur ini gitu, jadi sebagai pengikat” tutup Hilal.
Muhammad Arya Pradhana, selaku Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, menjelaskan bahwa aksi ini tidak hanya berfokus akan penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM. Namun, perampasan hak tanah di beberapa daerah di Indonesia, seperti Rempang dan Dago Elos juga menjadi bagian dari tuntutan aksi.
“Permasalahan-permasalahan yang memang saat ini banyak muncul, khususnya masalah agraria itu menimpa Indonesia. Ada juga beberapa kasus di Dago Elos, itu juga menjadi sebuah perhatian bagi kami.” jelas Arya.
Arya juga mengkritisi kondisi pembuangan sampah di Jawa Barat dan meminta kepada PJ Gubernur Jawa Barat untuk segera menyelesaikan permasalahan permasalahan yang ada di Jawa Barat.
Adapun lima tuntutan yang disampaikan oleh mahasiswa Jawa Barat dalam press release, ialah
- Jaksa Agung melakukan penyidikan terhadap seluruh kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang telah selesai diselidiki oleh Komisi Nasional HAM agar keseluruhan kasus tersebut dapat segera ditindaklanjuti sesuai dengan mandat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM melalui proses Yudisial.
- Menuntut Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Barat membuat Pakta Integritas terkait pelayanan yang humanis, berpihak kepada rakyat, dan mewujudkan penegakan demokrasi dan HAM.
- Menuntut PJ Gubernur Jawa Barat untuk berpihak kepada warga Dago Elos dalam konflik sengketa lahan antara warga dengan pihak swasta (PT. Dago Inti Graha dan Muller cs) dan pedagang Pasar Banjaran atas konflik sengketa pasar antara pedagang lama dengan Pemerintah Kabupaten Bandung.
- Menuntut sikap tegas PJ Gubernur Jawa Barat sebagai representasi warga Jawa Barat untuk menyuarakan solidaritas terhadap Masyarakat yang tergusur di Wilayah Rempang.
- Menuntut PJ Gubernur menyelesaikan permasalahan sampah di Jawa Barat.
Dalam press release tersebut, tertulis bahwa tuntutan tersebut harus dipenuhi dalam waktu 4×24 jam.
Berdasarkan pantauan Isolapos di lapangan, massa aksi masih bertahan hingga matahari terbenam. Sekitar pukul 19.15, massa aksi berhasil masuk ke halaman depan Gedung Sate dan mendesak Bey untuk bertemu dengan massa aksi. Namun, karena Bey tak kunjung muncul, massa memutuskan untuk mengakhiri aksi pada 20.00.[]
Redaktur: Nabil Haqqillah