Literasi Budaya Gen Z Menurun? Kajian Geososiolinguistik PKM-RSH UPI menelusurinya, Tim Orionious Berhasil Tembus PIMNAS 36!
Oleh: Neng Saina
Bumi Siliwangi, Isolapos.com—Tim PKM-RSH UPI yang terdiri dari Dian Hamidah, Neng Saina, Robby Ismail Fasya, Nanda Nur Amelia Putri, dan Salsa Fatia Azhar berhasil melaju ke PIMNAS 36 setelah melewati masa riset yang cukup panjang. Tim ini Bernama “Orionious” yang dibina oleh Ibu Dr. Wina Nurhayati Praja, M.Pd.. Tak pernah terbayangkan, hasil PKP2 tanggal 24 Oktober 2023 yang disiarkan pula melalui YouTube membuahkan hasil ke PIMNAS 36. Harapannya tim orionious dapat menyumbang medali untuk Universitas Pendidikan Indonesia di tahun ini. PIMNAS 36 akan diselenggarakan mulai 26 November hingga 1 Desember 2023 di Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Fokus riset tim orionious yakni pada kajian geososiolinguistik. Kajian ini merupakan gabungan antara disiplin ilmu geografi, sosiologi, dan linguistik.
Mengambil sampel Gen-Z di wilayah Bandung, Tim Orionious menemukan fakta bahwa tingkat literasi budaya Gen-Z rendah. Hal ini terjadi akibat maraknya tren masa kini yang diikuti para Gen-Z. Mayoritas mahasiswa selaku narasumber yang diwawancarai mengatakan “suka mengikuti tren”, meskipun mereka juga membatasi tren seperti apa yang diikuti. Tingginya ikut tren masa kini menjadi cerminan rendahnya literasi budaya.
Lebih kompleks pada bagaimana ancamannya terhadap bahasa Sunda, nyatanya literasi budaya memiliki peran penting seberapa besar pengaruhnya. Melalui pengolahan angket, tim orionious berhasil menyimpulkan bahwa geografi dan linguistik berpengaruh secara tidak langsung terhadap ancaman kepunahan bahasa Sunda. Sementara pada faktor sosiologis, pengaruh langsung lebih besar terhadap ancaman kepunahan bahasa Sunda.
“Sangat rugi jika bahasa Sunda mulai terancam punah. Pasti akan menghilangkan identitas budaya Sunda itu sendiri alias saya,” ujar mahasiswi UPI selaku narasumber.
Miris! Literasi budaya Gen-Z di Bandung rupanya sampai memengaruhi bahasa Sunda. Orang Sunda asli sudah jarang ditemukan menggunakan bahasa Sunda dengan baik dan benar. Terbukti saat tes undak-usuk basa Sunda, mereka tidak banyak yang mengetahuinya. Hal ini akibat dominasi lingkungan di sekitarnya yang lebih banyak menggunakan bahasa campuran Indo-Sunda dan kurangnya kepedulian terhadap kelestarian bahasa daerah.
Maka dari itu, sudah semestinya para Gen-Z ini peduli pada budayanya sendiri. Sekurang-kurangnya dengan mengimplementasikan nilai budaya di kehidupan sehari-hari, seperti penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Terlebih jika berada di wilayah lokal, tak akan terasa sulit berbahasa lokal terkecuali berkomunikasi dengan pendatang. [