Jurnal Terindeks: Kebanggaan atau Reputasi Belaka?

105

Oleh: Syifa Billah Ar Robbani*

Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia No. 53 Tahun 2023 mengenai Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi memberikan standar kompetensi kepada  lulusan pendidikan tinggi. Hal ini menjadi salah satu acuan yang digunakan Universitas Pendidikan Indonesia untuk terus menggenjot karya ilmiah, baik dalam skala nasional maupun internasional. Terbukti dengan adanya catatan yang dirilis oleh Kantor Jurnal dan Publikasi Universitas Pendidikan Indonesia bahwa terdapat 108 dosen dan mahasiswa yang artikelnya berhasil mendapatkan indeks Scopus terbanyak pada tahun 2023. Tak hanya itu, terdapat 25 publikasi ilmiah dosen dan mahasiswa yang disitasi lebih dari 9 kali dari dokumen Scopus (Berita.upi.edu, 18/06/24).

Kabar gembira ini jelas memberikan dampak yang luar biasa kepada dosen dan mahasiswa, baik dalam pengembangan diri maupun reputasi internal dan eksternal perguruan tinggi. Maksudnya, bagi mahasiswa, tentu ini sangat memudahkan mereka untuk mendapatkan ilmu baru melalui penelitian yang dilakukan dan diakui dalam skala internasional. Selain itu, artikel yang terindeks Scopus bagi dosen juga menjadi bahan laporan kinerja, tercapainya kewajiban khusus profesor, peningkatan jabatan fungsional yang sesuai dengan UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Tak hanya itu, dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. 12 Tahun 2021 juga menjelaskan bagaimana pedoman operasional beban kerja dosen yang mesti dilaksanakan oleh seluruh dosen di Indonesia. Dampak untuk perguruan tinggi pun tentu ada, yaitu menaikkan reputasi, daya saing, serta posisi pemeringkatan perguruan tinggi, baik dalam skala nasional maupun internasional, seperti Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS-WUR), The Times Higher Education World University Rankings, Webometrics, dan pemeringkatan lainnya (berita.upi.edu, 18/06/24).

Hal tersebut jelas memang menjadi suatu kebanggaan besar bagi dosen, mahasiswa, dan lembaga perguruan tinggi. Mereka seolah memberikan inovasi terhadap persoalan yang ditemukan saat melakukan penelitian hingga menganggap sudah memberikan kontribusi besar kepada bangsa. Padahal, hal tersebut mereka tunaikan hanya untuk kepentingan pribadi semata. Hal ini sesuai dengan tujuan utama untuk menghasilkan lulusan kerja terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan industri dan keterkaitan antara pendidikan dan dunia kerja. Penelitian yang dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah artikel yang diakui oleh dunia dilakukan hanya untuk menaikkan reputasi universitas pada pemeringkatan dunia. Peran mahasiswa sebagai iron stock pun dipersempit dengan meraih serpihan kesejahteraan yang ilusi. Hasil inovasi mahasiswa juga hanya memberikan solusi pragmatis dan tidak menyelesaikan permasalahan masyarakat yang kompleks.

Begitulah ketika hidup dihantui oleh paradigma kapitalis. Mahasiswa dan dosen hanya alat untuk mendapatkan keuntungan belaka. Daya kritis mereka dibajak untuk memenuhi kebutuhan keberjalanan sistem ini. Mereka bergerak di jalan yang rusak dengan menyeru masyarakat kepada demokrasi pada aksi yang mereka lakukan. Lupa bahwa sistem ini tak pernah memihak rakyat dan sudah seharusnya ditinggalkan.

Muara idealisme ini hendaknya diganti ke sistem kehidupan yang lebih menjamin. Sistem di mana mahasiswa dan dosen menjadi tumpuan umat dan pemegang harapan besar bagi kebangkitan bangsa. Sistem kehidupan tersebut bernama sistem Islam. Dengan Islam, mereka mampu merubah orientasi keuntungan mereka dengan kemampuan untuk mencerdaskan umat, memberikan inovasi dengan solusi hakiki terhadap permasalahan umat, dan mereka yang nantinya akan membawa perubahan besar dengan mengoptimalkan peran mereka sebagai agent of change. Hal ini karena mahasiswa termasuk pada barisan pemuda yang diberikan amanah besar oleh Allah. Terbukti dengan perkataan Ibnu Abbas yang mengungkapkan bahwa Allah mengutus Nabi dari kalangan pemuda yang diberikan ilmu pengetahuan dan memegang teguh keimanan dan kebenaran. Demikianlah Islam sangat memuliakan peran para pemuda tanpa mengeksploitasi potensi mereka kepada keuntungan duniawi belaka.

Wallahualam….

Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis yang bersangkutan

*Penulis merupakan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia

Comments

comments