
Sopan Kaluhur 7: Rantai tak Terputus di Balik Layar
Oleh: Gian Fajar A.
Bandung, Isolapos.com–Sabtu (7/12), Badan Eksekutif Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Civics Hukum ( BEM HMCH) kembali mengadakan acara “Sopan Kaluhur”. acara ini merupakan ajang perlombaan seni kabaret yang telah menjadi program kerja tahunan BEM HMCH.
Sopan Kaluhur yang kini memasuki tahun ke-7 mengusung tajuk “Rantai Tak Terputus di Balik Layar”. Menurut Elya Noviandini selaku ketua pelaksana, tema ini dipilih karena maraknya pemberitaan mengenai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang belum tuntas di berbagai sektor. “Nah karena kan lagi marak banget nih pemberitaan-pemberitaan soal hak asasi manusia yang tidak terpenuhi. Dalam tema kita juga kita punya sub-sub tema yang membahas detail HAM itu sendiri, ada dari segi pendidikan, ekonomi, hukum, politik. Juga ada dari kesehatan.” jelasnya.
Acara Sopan Kaluhur tidak hanya menjadi hiburan semata, tapi juga menjadi ajang untuk mengangkat isu-isu sosial agar lebih banyak orang memperhatikan permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Menurut panitia, pertunjukan kabaret dipilih karena mampu menyampaikan pesan secara menyentuh, ringan, namun tetap menggugah kesadaran. “Dampak yang kami harapkan gitu untuk para penonton yang menonton festival kabaret Sopan Kaluhur ke-7 ini mungkin bisa lebih kritis lagi terhadap isu-isu HAM yang mungkin sedang ramai diperbincangkan gitu. Lalu bisa lebih merangkul lagi satu sama lain dalam hal keperluan sosial dan lain sebagainya juga.” jelas Elya.
Elya sendiri berujar, dari cerita yang dihadirkan dalam bentuk kabaret ini dapat diterima secara penuh oleh penonton sehingga pesan yang ada juga dapat tersampaikan dengan baik.
Tahun ini, Sopan Kaluhur diselenggarakan di Dago Tea House, gedung pertunjukan yang dinilai lebih representatif untuk penyelenggaraan kabaret. Berbeda dengan dua tahun pertama yang digelar di lingkungan kampus, pemilihan lokasi ini dilakukan agar pertunjukan dapat berlangsung secara lebih optimal, baik dari segi teknis maupun atmosfer penonton. “Kami memilih Dago Tea House karena tempatnya lebih proper dan memang biasa digunakan untuk festival kabaret. Secara fasilitas dan suasana, sangat mendukung pertunjukan yang ingin kami tampilkan,” jelas Elya.
Setiap tahun acara ini berkembang terkhusus dari segi penguatan tema dan konsep acara. Grand Opening dan penampilan utama dengan fokus garapan tema yang berbeda adalah yang menjadi buktinya. Dimana di tahun sebelumnya pembukaan diiringi oleh seni musik dan tari, sedangkan tahun ini dibuka dengan perkenalan simbolik tim kabaret.
Reaksi penonton setelah menyaksikan penampilan kabaret menjadi salah satu penanda keberhasilan acara tahun ini. Sejumlah penonton yang hadir mengaku terkesan dengan pertunjukan yang disajikan. Bagi mereka, kabaret bukan hanya sarana hiburan, melainkan juga media yang kuat untuk menyampaikan pesan sosial. “Sangat-sangat relate dan nyambung. Bahkan ada yang mengangkat kasus nyata, dan itu membuka wawasan baru buat kami,” ujar Wakesha, salah satu penonton yang juga aktif di komunitas teater sekolah.
Penonton lainnya, Dapi dan Javiar, menilai bahwa membawa isu sosial seperti HAM ke dalam seni kabaret adalah langkah penting agar pesan-pesan kemanusiaan dapat lebih mudah diterima. Mereka juga memuji profesionalisme panitia dalam menyelenggarakan acara. “Panitianya keren, acaranya rapi, semua tampil dengan sungguh-sungguh. Kalau ada Sopan Kaluhur ke-8, pasti kami nonton lagi,”
Antusiasme ini mencerminkan bahwa seni tetap menjadi medium yang relevan dan kuat dalam menyuarakan keadilan. Sopan Kaluhur bukan hanya panggung hiburan, melainkan ruang bagi mahasiswa untuk terus bersuara dan membangun kesadaran publik melalui pertunjukan yang bermakna. []
Redaktur: Rakha Ajriya Di’fan