Harmoni Ormawa

220

Oleh: Panji Futuh Rahman*

Beberapa hari yang lalu saya sempat mendengar kabar pembubaran stan promosi dari salah satu organisasi mahasiswa (ormawa) ekstra kampus oleh salah satu organisasi mahasiswa tingkat fakultas: Senat. Tidak ada konflik yang terlalu menyita perhatian sebetulnya, karena seingat saya, memang tiap tahun—seumur hidup saya jadi mahasiswa UPI—organisasi ekstra tersebut selalu buka stan saat kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). Hal itu memunculkan pro dan kontra, tapi yang saya lihat lebih banyak yang mendukung.

Salah satu Official Account (OA) senat mempertanyakan peran BEM Rema dalam mengordinir kegiatan besar semacam PMB yang sejatinya adalah kegiatan yang megurusi hajat hidup mahasiswa banyak. Dengan nada kecewa, OA itu menanyakan peran BEM Rema. Menurut saya, admin yang bersangkutan tidak paham harmoni ormawa yang sudah hampir se-dekade terbangun indah di UPI rumah kita ini. Itu sebetulnya memang disengaja! Itu adalah cara mendidik BEM Rema terhadap Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) se-UPI agar “mandiri”. Nyatanya tiap PMB beberapa tahun terakhir, syukur Alhamdulillah tidak pernah ada ricuh. Semua HMJ meski berdesak-desakan saat menyambut mahasiswa baru datang, selalu damai-damai saja, aman-aman saja, bahkan seru dan meriah.

Dari kaca mata yang saya lihat, ada tiga agenda besar di UPI yang menyangkut hajat hidup para mahasiswa: PMB, Masa Orientasi Kampus dan Kuliah Umum (MOKA-KU) dan Wisuda. Dari ketiga kegiatan tersebut, berbagai HMJ banyak turun tangan, dan itu memang settingan BEM Rema agar HMJ dapat “mandiri”. Memang, BEM Rema sengaja tidak turun untuk mengordinir kecuali senat yang ada di FPIPS dan FPOK. Senat pasti turut andil dalam mengurusi hajat-hajat besar itu. Lah, BEM Rema? Ya BEM Rema sebagaimana disebutkan sebelumnya, bertujuan membentuk HMJ di UPI agar menjadi HMJ yang “mandiri”, yang katanya lembaga eksekutif tingkat Universitas untuk mengayomi seluruh mahasiswa UPI.

BEM Rema sudah terlalu sibuk untuk mengurusi hal-hal lain yang begitu berserakan untuk mengurus ormawa tingkat Universitas. BEM Rema harus membuat acara semacam demo seperti hari pendidikan, tanggal pelantikan presiden dan demo-demo rutin lainnya yang harus dilaksanakan sebagaimana sudah ditetapkan jadwalnya sejak jauh-jauh hari. Saking hebatnya BEM Rema, mungkin sudah booking orator, panitia keberangkatan, travel dan katering. Belum lagi BEM Rema sibuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang sangat urgen semacam memilih mojang-jajaka. Maka, HMJ diharap mengerti untuk kegiatan-kegiatan yang kurang urgen semisal mengkordinir wisuda dan PMB. HMJ harus mandiri mengordinir diri sendiri! Puji syukur UPI punya HMJ yang akur satu sama lain. Jadi untuk kegiatan-kegiatan yang tak berpemasukan seperti penyambutan wisuda dan PMB itu sudah terkondisikan dengan ciamik, dengan begitu BEM Rema bisa mengurusi urusan-urusan lain yang lebih urgen dan ber-uang seperti MOKA-KU, demo rutin, mojang-jajaka, dll. Toh, uang itu kan untuk mahasiswa UPI juga.

Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah jika ada organisasi tingkat fakultas yang sudi menggantikan peran BEM Rema dalam mengontrol adanya stan-stan ilegal yang tak semestinya promosi saat PMB. Karena pada saat bersamaan BEM Rema teramat mungkin sedang menrancang sedemikian rupa keberlangsungan MOKA-KU yang tak akan lama lagi dihelat. Ingat, meskipun PMB dan MOKA-KU sama-sama menyangkut hajat hidup para mahasiswa, BEM Rema sudah sangat bijak membagi fokus konsentrasinya untuk lebih mengurusi kegiatan MOKA-KU. Karena kegiatan tersebut merupakan sumber dana menggiurkan dan menjanjikan. Kita mestinya berterimakasih pada BEM Rema, karena uang itu juga akan digunakan demi kelancaran kegiatan dan kebaikan bagi seluruh mahasiswa UPI. Aamiin.

*Panji F Rahman, Mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Islam UPI Angkatan 2012.

Comments

comments