Kisah Semesta dalam Milana

403

Oleh: Yunita Ayu

Judul : Milana

Penulis: Bernard Batubara

Tebal Buku : 192 halaman

Cetakan keempat : Agustus 2016

ISBN : 978-602-03-3299-4

Milana merupakan buku keempat sekaligus kumcer (kumpulan cerpen) tunggal pertama Bernard Batubara. Bernard adalah seorang sarjana teknik yang menyenangi seni. Puisi dan cerpennya dimuat di majalah seni, harian lokal dan nasional serta antologi bersama. Bahkan, beberapa bukunya yaitu Radio Galau FM: Frekuensi Patah Hati dan Cinta yang kandas (2011), dan Kata Hati (2012) diangkat ke layar lebar oleh Rapi Films dengan judul yang sama.

Kumcer Milana berisi lima belas cerita. Tak hanya manusia, tapi semesta juga dihadirkan Bernard dalam kumcer tersebut. Misalnya cerpen yang berjudul Beberapa Adegan yang Tersembunyi di Pagi Hari berkisah tentang cinta Tepian daun, setitik Embun, sebuah Pagi, dan Angin. Cerpen tersebut memang memiliki keunikan tersendiri. Tepian daun menceritakan tentang dirinya yang jatuh cinta pada Matahari. Tepian daun sering bercerita tentang dirinya dan semua hal kepada Matahari. Namun, Matahari yang membuat tepian daun jatuh cinta tidak pernah bercerita apa-apa. Maka, semenjak Tepian daun tahu bahwa ia mencintai Matahari, ia mencari tahu apapun tentangnya. Akhirnya Matahari berkata pada Tepian daun bahwa ia hanya menganggapnya teman. Matahari pun meminta maaf kepadanya. Semenjak Tepian daun melupakan Matahari, Embun hadir.

Kau seolah memahamiku. Kau yang dingin membuatku sejuk. Membuatku berhenti merajuk. Membuatku merasa beruntung lahir sebagai daun yang bisa merasakan tenang suaramu menyebutkan nama. Selamat pagi. Aku embun.

Berbeda dengan Tepian daun dan setitik Embun, sebuah Pagi dan Angin adalah teman satu sama lain. sebuah Pagi yang pernah ditinggalkan kekasihnya yaitu Senja, kini menjalani harinya dengan sebuah penantian. Angin yang penasaran dengan temannya itu mencari tahu tentang Senja. Ternyata Senja dibawa oleh Malam. Pagi tahu tentang hal itu. Pagi bercerita pada Angin bahwa Senja melihat Malam pada hari itu begitu indah dan menawan. Senja melihat Malam di hari sebelum tahun baru yang penuh sinar menyilaukan dan tanpa butuh waktu ia jatuh cinta kepada Malam.

Ada pula cerpen yang berjudul Lukisan Kali dan Pohon Tua. Berkisah tentang lelaki putus asa yang ditinggalkan kekasihnya yang memang sudah bersuami. Kemudian, beberapa benda yang ada di sekitar kamar membawanya pada kenangan yang membahagiakan sekaligus menyakitkan. Suara jangkrik, hujan seharian, debur kali, dan daun-daun di pohon tua adalah sesuatu yang memanggil kembali kenangan lelaki itu bersama dengan kekasihnya.

Kau pun teringat lagi, kenangan itu. Kenangan akan kisah kasih yang ditentang. Cinta yang terlarang. Kau sebenarnya tak ingin mengingatnya. Tapi kau suka mendengarkan jangkrik-jangkrik itu, maka kau terpaksa berpapasan lagi dengan ingatan-ingatan yang lalu, yang memdihkan. Kalau saja pertemuan itu tak terjadi, perpisahan ini pun tak perlu terjadi. Kau ingin menutup jendela saja. Agar suara jangkrik itu terhalau (Batubara, Bernard. 2016:13).

Cerpen lainnya berjudul Lelaki Berpayung dan Gadis yang Mencintai Hujan, Goa Maria, Tikungan, Jung, Pintu yang Tak Terkunci, Cermin, Malaikat, Surat untuk Fa, Hanya Empat Putaran, Semalam Bersama Diana Krall, The Beautifull Stranger, Semangkuk Bubur Cikini dan Sepiring Red Velvet.

Sementara Milana, cerpen yang dijadikan judul kumcer adalah cerita yang mengakhiri semua kisah. Milana merupakan perempuan kedua yang dirindukan oleh tokoh saya. Terakhir kali tokoh saya melihat Milana di atas kapal feri. Milana telah membuat tokoh saya rela menjadi seorang penanti. Kemudian, cerita kembali ke awal pertemuan tokoh saya dengan Milana yang selalu melukis Senja di atas feri setiap hari. Hal yang membuat tokoh saya selalu penasaran dan akhirnya menanyakan alasan Milana selalu melukis Senja di atas feri.

Milana bercerita mengapa ia melukis Senja. Dan mengapa ia selalu melakukannya di atas feri yang menyeberangi Selat Bali, dari Bnayuwangi ke Jembrana. Ia sedang menunggu kekasihnya yang selalu memotret senja. Ia yakin suatu saat kekasihnya akan datang ke tempat ia menunggu. Ia tidak tahu kapan, kekasihnya itu akan datang kepadanya (Batubara, Bernard. 2016:17).

Namun belakangan, tokoh saya tahu bahwa kekasih yang dinantikan Milana telah tiada. Berbagai cara ia lakukan untuk menyadarkan Milana bahwa kekasihnya tidak akan datang menemuinya. Tetapi, Milana pergi dan menghilang tanpa meninggalkan pesan. Kini, tokoh saya menjadi sepertinya, menjadi penunggu yang menantikan seseorang yang diharapkannya kembali suatu saat nanti.

Buku ini tepat untuk pecinta kisah yang tak biasa. Kumcer tersebut memiliki daya imajinasi yang tinggi. Kisahnya memang sederhana, tapi melibatkan diksi yang apik. Hal tersebut menawarkan kesegaran dalam setiap kata, kalimat, paragraf, dan cerita kumcer ini. Nilai tambahnya adalah keberadaan puisi di beberapa cerpennya membuat pembaca semakin penasaran terhadap cerita yang dihadirkan.[]

Comments

comments