BOPTN Belum Cair, UKM Rogoh Kocek Sendiri
Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) yang dijanjikan turun 15 November 2012 lalu oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) hingga kini belum ada kejelasan. Hal ini membuat beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) harus merogoh koceknya sendiri untuk melaksanakan kegiatannya.
Salah satunya ialah UKM Karate. Ketua UKM Karate, Usep Zaenudin, mengaku bahwa kegiatan yang mereka laksanakan berasal dari dana pribadi. “Kita meminjam uang dari anggota untuk kegiatan Training Camp dan Kejuaraan Daerah di Sukabumi,” tutur Usep saat ditemui isolapos.com (26/11).
Usep mengatakan, setiap anggota karate iuran sebesar Rp 450.000,- untuk kedua kegiatan tersebut. “Yang jelas kami sangat kecewa, dana BOPTN sudah kami rencanakan untuk kegiatan tersebut,” keluh Usep.
Tak hanya UKM Karate saja, UKM Studio 229 pun mengalami kekecewaan yang serupa. Pasalnya, kegiatan workshop bertema Art for Education yang telah dilaksanakan 17 November lalu, sempat terhambat karena dana BOPTN belum juga cair.
Mereka terpaksa memungut iuran kepada panitia untuk menutupi kekurangan dana yang ada. “Sebagian dana kita dapatkan dari uang pendaftaran peserta juga,” kata Ketua UKM Studio 229, Redy Nicholas.
Meski begitu, Redy mengatakan, ia diberi dana talangan sebesar Rp 2.000.000,- oleh Universitas. Namun, katanya, jika BOPTN turun, universitas akan memotongnya langsung sebagai pengganti dana talangan tersebut.
Menanggapi permasalahan tersebut, Direktur Perencanaan dan Pengembangan, Agus Setiabudi, mengatakan bahwa dana BOPTN yang diajukan oleh UPI masih dalam proses persetujuan dari Dirjen Anggaran. “Baru ada persetujuan dari Dirjen Anggaran minggu ini bahwa usulan kita sudah disetujui,” ujar Agus Setiabudi.
Agus menjelaskan, proses pencairan BOPTN tidaklah sederhana. Pasalnya, proses pencairan tersebut melibatkan beberapa instansi Negara seperti Direktorat Perguruan Tinggi, Dirjen Anggaran, dan Pembendaharaan Negara. “Yang membuat lama itu bukan kita universitas, tapi proses yang melibatkan berbagai instansi itulah yang membuat lama.” pungkasnya. [Fahmi Maulana]