Mahasiswa UPI Gelar Diskusi Integrasi Bahasa Daerah
Bumi Siliwangi, isolapos.com-
Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UKSK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar acara diskusi tentang rencana integrasi mata pelajaran Bahasa Daerah ke dalam mata pelajaran Seni Budaya di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa lantai 2, Selasa (8/1).
Diskusi ini dihadari pula oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah (Hima Pensatrada) dan beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa. Salah satu kajian dalam diskusi ini adalah latar belakang keputusan pengintegrasian mata pelajaran Bahasa Daerah dan bagaimana dampak yang terjadi jika pengintegrasian tersebut dilaksanakan.
Ketua Hima Pensatrada UPI, Iman Nurdin menjelaskan bahwa dirinya menolak rencana tersebut. Ia menilai, rencana integrasi itu akan mengurangi inti dari mata pelajaran Bahasa Daerah. “Tujuan pembelajarannya berbeda,” ujarnya dalam diskusi tersebut.
Tidak hanya Iman, peserta diskusi yang lainnya ikut angkat bicara dan menolak rencana pengintegrasian. Ketua Unit Pers Mahasiswa UPI, Isman R. Yusron, mengatakan kurikulum 2013 dan pengintegrasian mata pelajaran Bahasa Sunda ini tidak berdasar. “Kurikulum tidak mengacu pada landasan pedagogi, psikologi, dan kebudayaan,” jelasnya.
Selain itu, menurut Isman, mata pelajaran Bahasa Sunda memuat pengajaran nilai-nilai filosofis budaya Sunda serta watak dan karakter kesundaan. “Jika Bahasa Sunda di integrasikan atau bahkan dihilangkan, berarti juga membunuh nilai-nilai budaya Sunda,” ujarnya.
Senada dengan peserta diskusi lainnya, Sekjen UKSK, Sani Rohendi menjelaskan bahwa Bahasa Daerah khususnya Bahasa Sunda, bukan hanya mata pelajaran tentang kebahasaan. Lebih jauh, menurut Sani, nilai-nilai budaya yang terdapat dalam Bahasa Sunda juga harus diajarkan sebagai warisan budaya.
Menurut Sani, jika latar belakang integrasi Bahasa Daerah adalah globalisasi, hal itu tidak bisa dijadikan alasan dengan melakukan degradasi terhadap nilai-nilai yang bersifat kedaerahan. “Ada undak usuk basa yang berisi nilai-nilai budaya dalam Bahasa Sunda,” jelas Sani. [Nur Anisa]