PPL Tidak Sesuai Jurusan, Sebuah Pelanggaran!
Bumi Siliwangi, isolapos.com-
Beberapa mahasiswa peserta Program Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2013 mengaku kecewa, pasalnya di lapangan mereka terpaksa mengisi pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang jurusannya.
Salah satunya Nety Rahmawati, Mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2009. Nety yang ditugaskan PPL di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 15 ini, bukannya mengajar Geografi, ia malah terpaksa harus mengajar pelajaran Ekonomi, Sosiologi juga Sejarah. Padahal, latar belakang dirinya disiapkan hanya untuk menjadi Guru Geografi.
Nety mengaku kesulitan saat dirinya harus mengajar selain mata pelajaran Geografi, apalagi jika dihadapkan untuk mengajar mata pelajaran Ekonomi. “Sulit jika harus ngajar Ekonomi, apalagi jika itung-itungan,” cetus Nety saat ditemui isolapos.com, Jum’at (8/2).
Bahkan, selama PPL yang ia jalani di SMPN 15, Nety mengaku belum pernah mengajar mata pelajaran Geografi. Menurut Nety, mata pelajaran Geografi yang seharusnya dia ajar hanya ada di semester pertama. “Di semester dua tidak ada, saya jadi tidak bisa mengaplikasikan apa yang sudah saya pelajari selama ini,” keluh Nety kecewa. Tak hanya dia, Nety mengungkapkan bahwa kedua teman jurusannya juga mengalami hal yang sama. “Kami bertiga terpaksa mengajar IPS,” tambahnya.
Saat dikonfirmasi perihal kasus tersebut, Ketua Divisi Pendidikan Profesi dan Jasa Keprofesian (P2JK) UPI, Ahmad Kustiwa mengatakan adanya cross jurusan seperti kasus ini merupakan sebuah pelanggaran. “Berarti sekolah tersebut telah melanggar janji,” ujar Ahmad.
Ahmad mengatakan, jika terdapat kasus seperti ini, Dosen Pembimbing mesti segera melapor kepada pihak P2JK untuk ditindaklanjuti. “Jika tidak ada laporan, kami tidak bisa bertindak,” kata Ahmad. Ahmad mengatakan, seharusnya antara Dosen Pembimbing, Guru Pamong dengan peserta PPL ada koordinasi jika menemukan kasus seperti ini. “Sejauh ini, kami kira PPL berjalan dengan lancar,” tambahnya.
Saat isolapos.com menemui dosen pembimbing Nety, Epon Ningrum, ia mengakui dirinya tak tahu menahu mengenai persoalan tersebut. Bahkan, hingga saat ini, dirinya belum bertemu dengan mahasiswa bimbingannya itu. “Nety belum menjumpai saya,” kata Epon. Epon menyatakan, atas kejadian tersebut merupakan konsekuensi Nety sendiri kenapa memilih SMPN 15. “Seharusnya dia sudah tau situasi SMP tersebut,” ujarnya. [Noval Prahara Putra]