Mahasiswa Bahasa Daerah, Serukan Pentingnya Bahasa Ibu

152

Oleh: Nanda Meilinda

Dago, isolapos.com­ Memperingati Hari Bahasa Ibu yang jatuh pada 21 Februari lalu, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah (Hima Pensatrada) UPI dan Paguyuban Mahasiswa Sastra Sunda (PAMASS) UNPAD berkolaborasi untuk menggelar aksi di Car Free Day (CFD) Dago, Minggu (19/2).

Dalam memperingati hari tersebut, aksi sosialisasi bahasa Sunda menjadi ikon dalam acara “Miéling Poé Basa Indung Internasional”. Aksi ini digelar karena para pemuda masa kini lebih gemar menggunakan bahasa asing.

“Ada peribahasa ‘leungit basana ilang bangsana’, artinya hilang bahasanya hilang juga bangsanya. Itu yang menjadi tantangan tersulit, seiring kemajuan teknologi dan gaya hidup yang kebarat-baratan, bahasa asing lebih bergengsi. Sehingga para pemuda malu pakai bahasa ibu,” kata Farid Rizqi Maulana, koordinator lapangan acara.

Hadir dari kekhawatiran akan bahasa ibu yang musnah, aksi ini sebagai usaha menyadarkan masyarakat bahwa Hari Bahasa Ibu Internasional telah ada sejak tahun 1999 yang ditetapkan oleh UNESCO. “Mungkin masih banyak yang gak tahu. Nah kami sebagai orang yang berada di lingkung Sunda khususnya, ingin memberitahukan kepada masyarakat,” tambah Farid.

Tak hanya sekadar aksi, tampaknya acara ini dibungkus semenarik mungkin sehingga menjadi pusat perhatian masyarakat sekitar. Pasalnya, aksi yang dimulai dengan orasi penggunaan bahasa ibu ini ditutup dengan ragam tarian trasidional Sunda.

Lebih lanjut, Farid mengungkapkan bahwa urgensi para pemuda memakai bahasa ibu adalah wujud cinta tanah air. Hal itu menjadi harapan dari terselenggaranya aksi ini. “Banyak masyarakat yang salah menafsirkan isi Sumpah Pemuda, karena yang tercantum hanya menekankan untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Padahal negara kita ini dianugerahi banyak sekali bahasa daerah,” tutupnya.[]

Redaktur: Prita K. Pribadi & Pathan Ismail

Comments

comments