Tilik : Secuil Representasi Masyarakat Kita

292

Oleh: Dikdik Drajat

Judul film                    : Tilik

Tahun produksi           : 2018

Sutradara                     : Wahyu Agung Prasetyo

Penulis naskah             : Bagus Sumartono

Pemeran                      : Siyi Fauziyah, Brilliana Desi, Angeline Rizky, Dyah Mulaini, Lully Syahkisrani, Hardiyansyah Yoga Pratama, Tri Sudarsono, Gotrek, Ratna Indriastuti, Stephanus Wahyu Gumilar.

Durasi                          : 32 Menit

Dalam Bahasa Jawa, “tilik” memiliki makna “menjenguk”. Film ini memang menceritakan perjalanan sekelompok ibu-ibu yang tinggal dalam satu desa untuk menjenguk kepala desa yang tengah dirawat di rumah sakit. Selayaknya orang desa di kawasan Jogja, mereka beramai-ramai pergi ke rumah sakit menggunakan truk milik sesama warga. Mereka berangkat menggunakan truk selama perjalanan ke rumah sakit, setelah diajak Yu Ning salah satu warga yang khawatir dengan keadaan Bu Lurah.

Dalam perjalanan menuju rumah sakit, selayaknya ibu-ibu mereka pun tak lepas dari kegiatan menggosip. Bu Tedjo yang menjadi inisiator kegiatan menggosip tersebut, Bu Tedjo berulangkali membicarakan mengenai Dian yang merupakan kembang desa di desanya. Gadis itu diperbincangkan karena parasnya yang membuat para suami di desa gemar memandanginya, lantas hal tersebut membuat para Ibu khawatir jika suatu saat suaminya berselingkuh dengan Dian.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari laman Facebook dan kabar burung, Bu Tedjo juga menyebut Dian sebagai wanita tidak baik. Bu Tedjo memprovokasi Ibu-ibu yang ada di dalam mobil truk untuk mendukung opininya. ada yang mendukung dan ada juga yang menentang, salah-satunya Yu Ning yang tak lain merupakan kerabat dari Dian sehingga membuat keduanya cekcok ketika dalam perjalanan.

Banyak drama yang terjadi selama perjalanan menuju rumah sakit, mulai dari Ibu-ibu yang kebelet buang air kecil, mobil truk yang mogok, kena tilang polisi, dan lain-lain. Tentunya itu membuat para penonton tertawa menyaksikan berbagai tingkah konyol Ibu-ibu tersebut.

Film ini memiliki alur cerita yang sederhana namun menarik, mengisahkan kehidupan warga Dusun Seradan yang memiliki rasa empati yang tinggi kepada sesama, serta mengajarkan kita akan nilai-nilai gotong-royong yang belakangan ini semakin tergerus oleh perkembangan jaman. Selain itu dalam film ini juga banyak diselipkan candaan lucu lewat dialog antar tokoh, serta para pemeran yang berakting dengan sangat baik seolah-olah kisah ini memang terjadi di kehidupan nyata.

Meskipun memiliki cerita dan pemeran yang bagus, akan tetapi terdapat nilai-nilai negatif yang ada di dalam film ini, yaitu sikap mudah percaya terhadap sesuatu yang belum terkonfirmasi kebenarannya. Dibuktikan dari beberapa dialog tokoh yang sedang menggosip tanpa disertai bukti yang valid. Selain itu kualitas kameramennya juga dirasa kurang optimal jika dibandingkan dengan film-film yang beredar di bioskop tanah air.

Dari beberapa pemaparan diatas penulis rasa film ini layak untuk ditonton para pemirsa sebagai sarana hiburan menemani waktu luang dirumah, terlebih film ini merupakan karya dalam negeri yang sudah sepatutnya untuk kita dukung. Para penonton dijamin bakal tertawa menyaksikan kelucuan Ibu Tedjo dan kawan-kawan.[]

Redaktur: Aulia Rachma Febriani

Comments

comments